Diceritakan kembali Oleh:
Dollyn felma
Kyai Pasir dan Nyai Pasir adalah pasangan suami isteri yang hidup di hutan gunung Lawu. Mereka berteduh di sebuah rumah (pondok) di hutan lereng gunung Lawu sebelah timur. Pondok itu dibuat dari kayu hutan dan beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sangat sederhana ini keduanya sudah merasa sangat aman dan tidak takut akan bahaya yang menimpanya, seperti gangguan binatang buas dan sebagainya.
Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan tersebut sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat mengatasi segala gangguan yang mungkin akan menimpa dirinya.Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.
Dollyn felma
Kyai Pasir dan Nyai Pasir adalah pasangan suami isteri yang hidup di hutan gunung Lawu. Mereka berteduh di sebuah rumah (pondok) di hutan lereng gunung Lawu sebelah timur. Pondok itu dibuat dari kayu hutan dan beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sangat sederhana ini keduanya sudah merasa sangat aman dan tidak takut akan bahaya yang menimpanya, seperti gangguan binatang buas dan sebagainya.
Lebih-lebih mereka telah lama hidup di hutan tersebut sehingga paham terhadap situasi lingkungan sekitar dan pasti dapat mengatasi segala gangguan yang mungkin akan menimpa dirinya.Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir ke hutan dengan maksud bertanam sesuatu di ladangnya, sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena ladang yang akan ditanami banyak pohon-phon besar, Kyai Pasir terlebih dahulu menebang beberapa pohon besar itu satu demi satu.
Tiba-tiba
Kyai Pasir terkejut karena mengetahui sebutir telur ayam terletak di
bawah salah sebuah pohon yang hendak ditebangnya. Diamat-amatinya telur
itu sejenak sambil bertanya di dalam hatinya, telur apa gerangan yang
ditemukan itu. Padahal di sekitarnya tidak tampak binatang unggas
seekorpun yang biasa bertelur. Tidak berpikir panjang lagi, Kyai Pasir
segera pulang membwa telur itu dan diberikan kepada isterinya
Kyai Pasir menceritakan ke Nyai Pasir awal pertamanya menemukan telur itu, sampai dia bawa pulang.
Akhirnya
kedua suami isteri itu sepakat telur temuan itu direbus. Setelah masak,
separo telur masak tadi oleh Nyai Pasir diberikan ke suaminya.
Dimakannya telur itu oleh Kyai Pasir dengan lahapnya. Kemudian Kyai
Pasir berangkat lagi keladang untuk meneruskan pekerjaan menebang pohon
dan bertanam.
Dalam
perjalanan kembali ke ladang, Kyai Pasir masih merasakan nikmat telur
yang baru saja dimakannya. Namun setelah tiba di ladang, badannya terasa
panas, kaku serta sakit sekali. Mata berkunang-kunang, keringat dingin
keluar membasahi seluruh tubuhnya. Derita ini datangnya secara
tiba-tiba, sehingga Kyai Pasir tidak mampu menahan sakit itu dan
akhirnya rebah ke tanah. Mereka sangat kebingungan sebab sekujur
badannya kaku dan sakit bukan kepalang.
Dalam keadaan yang sangat kritis
ini Kyai Pasir berguling-guling di tanah, berguling kesana kemari
dengan dahsyatnya. Gaib menimpa Kyai Pasir. Tiba-tiba badanya berubah
wujud menjadi ular naga yang besar, bersungut, berjampang sangat
menakutkan. Ular Naga itu berguling kesana kemari tanpa henti-hentinya.
Alkisah,
Nyai Pasir yang tinggal di rumah dan juga makan separo dari telur yang
direbus tadi, dengan tiba-tiba mengalami nasib sama sebagaimana yang
dialami Kyai Pasir. Sekujur badannya menjadi sakit, kaku dan panas bukan
main. Nyai Pasir menjadi kebingungan, lari kesana kemari, tidak karuan
apa yang dilakukan.
Karena
derita yang disandang ini akhirnya Nyai Pasir lari ke ladang bermaksud
menemui suaminya untuk minta pertolongan. Tetapi apa yang dijuumpai.
Bukannya Kyai Pasir, melainkan seekor ular naga yang besar sekali dan
menakutkan. Melihat ular naga yang besar itu Nyai Pasir terkejut dan
takut bukan kepalang. Tetapi karena sakit yang disandangnya semakin
parah, Nyai Pasir tidak mampu lagi bertahan dan rebahlah ke tanah.
Nyai
Pasir mangalami nasib gaib yang sama seperti yang dialami suaminya.
Demikian ia rebah ke tanah, badannya berubah wujud menjadi seekor ular
naga yang besar, bersungut, berjampang, giginya panjang dan runcing
sangat mengerikan. Kedua naga itu akhirnya berguling-guling kesana
kemari, bergeliat-geliat di tanah ladang itu, menyebabkan tanah tempat
kedua naga berguling-guling itu menjadi berserakan dan bercekung-cekung
seperti dikeduk-keduk.
Cekungan itu makin lama makin luas dan dalam,
sementara kedua naga besar itu juga semakin dahsyat pula
berguling-guling dan tiba-tiba dari dalam cekungan tanah yang dalam
serta luas itu menyembur air yang besar memancar kemana-mana. Dalam
waktu sekejap saja, cekungan itu sudah penuh dengan air dan ladang Kyai
Pasir berubah wujud mejadi kolam besar yang disebut Telaga.
Telaga ini
oleh masyarakat setempat terdahulu dinamakan Telaga Pasir, karena telaga
ini terwujud disebabakan oleh ulah Kyai Pasir dan Nyai Pasir.
amanat : jangan lah mengambil sesuatu yg bukan milik mu,,karena akan berakibat fatal bagi dirimu sendiri..
nilai :moral
0 comments