Kalau
seandainya perkara menerangkan kepada ummat tentang yang haq dan
menjauhkan dari perkara yang batil itu merupakan ghibah, tentu
Rasulullah telah berghibah, para shahabat telah berghibah, ibnu Umar
telah mengghibah Qodariyah, Ibnu Abbas telah mengghibah khawarij, maka
tentu juga para tabiin telah telah berghibah dan semua ulama Islam
telah berghibah, dan ini perkara yang mustahil bagi mereka, karena
mereka bukan orang-orang yang tidak tahu tentang ghibah
Alhamdulillahi washolatu wassalamu ‘ala rasulillah, segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah, amma ba’du
Qola
Syaikh Rabi’ bn Hadi Al Madkholi Hafidzohullah : Al Amru bil Ma’ruf wa
nahyi ‘anil munkar, memerintah kepada yang baik mencegah dari perkara
yang munkar adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ummat ini,
dan juga merupakan kewajiban-kewajiban yang paling besar dimana agama
tidak akan tegak kecuali dengan keduanya, yang pertama adalah amar
ma’ruf dan yang kedua adalah nahyi munkar.
Al Bayan, keterangan :
Menerangkan
perkara yang haq kehadapan manusia dan tidak menyembunyikannya adalah
perkara yang besar yang di dalamnya terdapat janji yang besar yaitu
berupa pahala bagi orang- orang yang menjelaskan dan menyampaikannya ke
hadapan manusia, menyampaikan al-’ilmu dan agama Allah subhanahu wa
ta’ala. Sebaliknya ancaman yang keras atas orang-orang yang
menyembunyikannya. Allah berfirman dalam al Baqoroh : 159:” Sesngguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Allah turunkan dari
keterangan-keterangan dan petunjuk seteah kami terangkan di dalam al
kitab maka sesunguhnya mereka itu dilaknat oleh Allah dan mendapatkan
la’nat dari orang-orang yang melaknat”
Hal
ini yaitu menerangkan perkara yang haq kepada manusia dan mengajak
orang untuk loyal kepada ahlinya serta menjauhkan manusia dari perkara
yang batil dan memerintahkan untuk meninggalkan para ahli batil, itu
ditolak dan dikaitkan oleh ahli bid’ah dan ahlul dolal dan sufiyah
dengan perkara al Ghibah. Nah seperti inilah ya ikhwan ahlul bid’ah
ketika dikritik mereka akan mencari seribu alasan untuk menghindar dari
kritikan itu. Dan Allahul musta’an ketika kita berbicara tentang sii
fulan, atau jamaah fulan maka akan datang serta merta bersama itu
tuduhan-tuduhan ghibah. Ummat sekarang ini sudah banyak tidak tahu
tentang masalah ghibah. Adapun ahlul bid’ah, makanya ya ikhwan,
tentunya tidak mau jika aurot kesesatan mereka itu terbongkar sehingga
mereka bersembunyi dengan alasan ghibah. Miskin.. memang mereka ini
ahli bid’ah, miskin.. ahlul dholal dan orang-orang sufiyah ini yang
biasa senyum disana senyum disini yang damai disana dan damai disini,
semua dianggapnya sebagai kawan bahkan orang- orang kafir pun dianggap
kawan uhffilakum dari mereka-mereka ini ya ikhwaan, hindarkan diri diri
kita dari mereka yang mengatakan demikinan. Na’am , jadi kita jelaskan
sekali lagi jadi ahlil bid’ah bersembunyi dari kritikan-kritikan itu
dibalik alasan ghibah.
Wa
Allahul musta’an ketika ana menulis tentang Abu Qotadah, maka dengan
serta merta datang tanggapan-tanggapan yang hampir semua mengatakan,
…ini ghibah ya akhi, dia seorang da’i tauhid ya akhi… dia seorang da’i
yang menyerukan untuk meninggalkan bid’ah ya akhi.. . Maka saya katakan
pada mereka aku tidak peduli walaupun 500 orang atau 2000 orang
mengenal sunnah melalui tangannya Abu Qotadah, mengenal bid’ah melalui
tangannya Abu Qotadah , tetapi kalau orang itu tidak lurus dan malah
bermuamalah dengan ahlul bid’ah. Ya opo? (bagaimana, red) … Apa artinya?
Hal ini semua tidaklah menjadikan saya untuk diam berbicara
tentangnya. Orang-orang munafiq mereka mempunyai kebaikan, tetapi tidak
sedikitpun Allah menyatakan pujiannya di dalam Al Qur’an. Orang- orang
khawarij, Masya Allah, bacaan quran mereka , jidat-jidat meraka hitam,
tetapi Roulullah tetap mencerca mereka, bahkan A’isyah Radhiallahu
‘anha mengatakan mereka kilabu ahlinnar, anjing neraka. Na’am.
Kalau
seandainya perkara menerangkan kepada ummat tentang yang haq dan
menjauhkan dari perkara yang batil itu merupakan ghibah, tentu
Rasulullah telah berghibah, para shahabat telah berghibah, ibnu Umar
telah mengghibah Qodariyah, Ibnu Abbas telah mengghibah khawarij, maka
tentu juga para tabiin telah telah berghibah dan semua ulama Islam
telah berghibah, dan ini perkara yang mustahil bagi mereka, karena
mereka bukan orang-orang yang tidak tahu tentang ghibah. Dan kita
nasehatkan juga kepada orang-orang kecil itu untuk pelajari ghibah,
membahas secara khusus tentang ghibah agar mereka mengetahui seperti
apa yang dinamakan ghibah dan seperti apa yang dinamakan mengkritik
secara syar’i. na’am.
Qola
[Syaikh Rabi'] : Wal ghibah Laa Syak annaha haroomun …, dan tidak ragu
lagi bahwa ghibah merupakan perkara yang diharamkan dan juga melanggar
kehormatan muslimin serta darah-darahnya serta harta-hartanya juga
perkara yang diharamkan. Demikianlah Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah berkhutbah pada hari idul adha seperti yang
diriwayatkan dari Abu Bakroh radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: beliau
[Rasul] bertanya hari apakah ini? Maka para sahabatnya menjawab Allah
dan RasulNya lebih mengetahui, lalu kami diam. Lalu Rasul bertanya
lagi, bukankah ini hari Adha? Para sahabat menjawab benar ya
Rasulullah, Lalu Rasulullah bertanya lagi, Bulan apakah ini? Para
Sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui, lalu kami diam
sehngga kami mengira bahwasanya Rasul akan menyebutnya dengan nama
lain. Rasul bertanya lagi, apakah ini bulan haram?, ..ya’ni para
sahabat sebenarnya tahu bahwa ini bulan haram tetapi khawatir
Rasullullah akan menyebut bulan haram dengan sebutan lain. …Lalu kami
jawab, benar ya Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya lagi Negeri Apa
ini? Lalu kami diam sampai-sampai kami mengira rosul akan menyebutkan
negeri itu dengan negri lain, lalu Rasul bertanya lagi : bukankah ini
Negeri Haram (dimana tanah suci Makkah dan Madinah ada padanya,
red)yang telah ma’ruf, diketahui dan masyhur ? maka para sahabat pun
mengetahui bahwa negeri itu negeri Haram, lalu sahabat mejawab: benar
ya Rasulullah. Kemudian Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan atas kalian darah-darah kalian dan harta- harta kalian
serta kehormatan-kehormatan kalian seperti keharamannya pada hari ini,
ya’ni yang memiliki kehormatan, di bulan kalian ini, dan di negeri
kalian ini” (Muttaqun ‘alaih).
Jadi
jelaslah bahwa dengan hadits yang disampaikan atau diriwayatkan dari
Abu Bakroh ini merupakan suatu dalil bahwasannya ghibah itu adalah
aperkara yang diharamkan, tetapi masalahnya jangan sampai perkara yang
ghibah dikatakan ghibah dan yang bukan ghibah juga dikatakan ghibah.
Harus ada yang pembedaan antara yang ghibah dan yang bukan.
Tidak
setiap menceritakan kejelekan orang lain itu disebut ghibah tetapi
harus melihat sisi-sisi ketentuan dari perkara itu, tidak mungkin ya
ikhwan para ulama para ahli hadits ketika menceritakan tentang fulan
do’if, fulan kadzab, fulan begini dan begini , itu dikatakan ghibah.
Apakah ada yang mengatakan ini ghibah? Kalau ada orang ini telah majnun
[gila], yaa. Tidak mungkin, ya ikhwan, masalah yang seperti ini
disebut ghibah. Ar Rasul shalallahu’alaihi wassalam pernah menceritakan
tentang Abu Jahm, Rasul juga telah menceitakan tentang Muawiyah ketika
mereka ingin meminang seorang shohabiyah lalu kemudian dua orang ini
kembali, lalu rosul menceritakan tentang dua orang ini . Kedua orang ini
ketika diceritakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mereka
tidak ada di tempat. Apakah kita katakan bahwa Rasulullah telah
berghibah, sementara Rasulullah sendiri yang bersabda dalam hadits ini
Allah mengharamkan darah-darah kalian, mengharamkan harta-harta kalian
dan mengharamkan kehormatan- kehormatan kalian, na’am.
Wallahu
subhanahu wata’ala berfirman dalam AlQuran surat Al Hujurot :12 : ”
Wahai orang – orang yang beriman, jauhilah oleh kalian banyak
prasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa, dan janganlah kalian
saling intai mengintai, dan janganlah kalian salng ghibah mengghibah,
apakah kalian menyukai memakan daging saudaranya yang telah menjadi
bangkai, tentu kalian membencinya” [Qola Syaikh Rabi ] Laa syak …,
Maka
tidak ragu lagi bahwasannya daging-daging kaum muslimin ini hukumnya
haram, diharamkan bagi seseorang untuk membunuh kaum muslimin, dan
orang yang mengghibah saudaranya seolah-olah ia sedang memakan bangkai,
dan siapa orang yang sanggup untuk memakan bangkai yang sudah busuk,
tentu tidak ada. Tentu saja setiap jiwa ini menolaknya. Akan tetapi
demi tercapainya kemaslahatan dan demi tercapainya maksud-maksud Islam,
demi terproteksi nya agama ini serta terjaganya agama ini, maka Allah
subhnahu wa ta’ala membolehkan perkara-perkara yang kadang-kadang
bentuknya seperti ghibah tapi ia tidak termasuk di dalam ghibah. Maka
seorang manusia yang salah yang terjatuh ke dalam kesalahan dan
diperingatkan atas kesalahannya itu maka ini adalah perkara yang wajib
dan harus dilakukan, dan ini disebut nasihat, disebut pula sebagai
bayan sebagai penjelasan, maka ini adalah perkara ushul, mendasar dalam
Islam yang harus di tegakkan.
Karena
kalau tidak ada yang menegakkan akan tercampur aduklah antara yang haq
dan yang batil sementara Allah mengatakan ” ditampakkannya yang haq
itu dalam rangka menggempur yang batil ” sementara kalau yang haq ini
tidak digunakan untuk menggempur yang batil maka bisa jadi akan
tercampur dengan yang batil atau bahkan kebalikkannya yang batil akan
menggempur yang haq. Na’am, bila sunnah itu mati maka bid’ah yang akan
hidup bila sunnah itu hidup maka bid’ah yang akan mati. Dan demikianlah
ya ikhwan, jadi kita memperingati orang yang ada padanya mukholafah,
yang ada padanya penyimpangan, kemudian kita ingatkan, ini adalah
nasihat, dan juga bayan, bukan termasuk permasalahan ghibah.
Qola
[syaikh] tujuannya agar agama ini tidak hancur, .karena juga kita harus
ketahui bahwa betapa banyaknya manusia yang telah bersalah dan betapa
banyak nya yang telah terjerumus pada kesalahan dan sangat banyak
sekali manusia–manusia yang terjerumus dalam kesesatan yang hawa nafsu
telah menyetirnya, wal iyadubillah, bahkan sebagian orang-orang sholeh
juga yang telah disetir oleh hawa nafsunya sehingga hawa nafsunya juga
telah mengalahkan dirinya akhirnya orang sholeh itu terjerumus kedalam
ke salahan dan berbicara tentang Allah tanpa ilmu.
Na’am,
bila kita sudah melihat kenyataan seperti ini, tentu sangatlah harus
adanya tanbih dan sangatlah harus adanya nasihat, bila kita ketahui
bahwasannya mujtamaul muslimin, masyarakat muslimin itu banyak yang
terjatuh pada kesalahan bahkan bukan masyarakat muslimin saja tetapi
dai’-dainya juga yang dulunya sholeh kemudian menjadi tholeh (sesat,
red), yang dulunya sholeh terjerumus ke dalam kesesatan maka ketika ini
wajib hukumnya meberikan bayan, keterangan, memberikan nasihat
memberikan tanbih (peringatan, red) kepada ummat dari kesalahan yang
dilakukannya agar ummat ini tidak mengikuti kesalahan yang diikutinya,
na’am bila dibiarkan tentu mafsadah yang lebih besar. Kerusakan yang
lebih menyebar luas, na’am.
Qola
[Syaikh] dan inilah diantara kelebihan–kelebihan di ummat ini yang
membedakan antara ummat ini dengan ummat lainnya, dan diantara
kelebihan itu diantaranya bahwasannya Allah melebihkan din ini di atas
agama-agama yang lainnya dimana Allah menjanjikan untuk menjaga Agama
ini, Allah berfirman: ” Sesungguhnya Kami yang menurunkan ad Dzikro dan
Kami pulalah yang menjaganya” maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga
din ini melalui tangan tangan ummat ini yang Allah telah memujinya
dalam firmanNya : “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dikeluarkan di
tengah-tengah manusia dalam rangka memerintah kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar dan kalian beriman pada Allah”
Karena
itu ya ikhwan, jadilah para pembela-pembela agama Allah, jadilah
pembela-pembela Sunnah Rasulullah shalallahu’ alaihi wa sallam. Na’am,
kita yakin bahwasannya Allah telah menjaga agama ini dengan penjagaan
Allah ini melalui tangan-tangan kita, na’am, melalui kesungguhan kita
untuk menjaganya dari perkara-perkara yang baru, dan perkara-perkara
yang batil sekalipun. Na’am, oleh karena itu maka jadilah kalian
pembela-pembela sunnah, jadilah kalian pembela Allah dengan membela
agamaNya. Lebih baik bagi kita ya ikhwan memiliki musuh seluruh isi
dunia dari pada kita memiliki musuh Allah di akhirat nanti gara-gara
kita tidak mau menjadi pembela agamaNya. Lebih baik kita mempunyai
musuh sejuta atau dua juta atau berjuta- juta di dunia ini dari pada
kita mempunyai musuh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam karena kita
tidak mau membela Sunnahnya. Ini ya ikhwan yang perlu kita tegaskan.
Na’am, kita nyatakan yang haq itu adalah haq dan yang batil adalah
batil.
Qola
[syaikh] maka diantara yang termasuk ke dalam amar ma’ruf nahi munkar
itu adalah mengkritik kesalahan-kesalahan dan menerangkannya serta
menjelakannya ke hadapan manusia dan ini bagian dari amar ma’ruf nahi
munkar dan mengokohkan ummat ini di atas dinullah, dan mengusir atau
menghilangkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
orang-orang bodoh dan pelanggaran yang dilakukan ahli batil atas agama
ini.
Kita cukupkan dulu sampai sini, karena sepertiya sudah sore.
Subhanaka Allahumma wa bihamdika asyhadu alla lailaha ila anta astaghfiruka wa atubu ilaika
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
(Sumber
: Transkrip rekaman kaset ta’lim, Pembicara Ustadz Abu Hamzah Yusuf,
Tempat : Masjid LIPI, Dago, Bandung, Waktu : Ahad tanggal 12 Oktober
2003 pukul 14.00-16.00, Kitab : Annaqdu Manhajussyar’i – kritikan dalam
manhaj yang syar’i – karya : Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali)
0 comments