Membentuk kepribadian Muslim Sejak Dini

 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian anak.
1. Faktor Genetika
2. Faktor keluarga
3. Faktor lingkungan.



Faktor pertama: Genetika atau disebut juga GEN. adalah merupakan bawaan anak dari orang tuanya. Pengaruh ini bisa bermacam macam yang merupakan sifat dasar bawaan, misalnya pemarah, penyabar, santun, nakal, luwes, keras kepala, kuat kemauan dll. Yang mana watak dasar ini akan sangat berpengaruh nantinya pada cepat atau lambatnya pembentukan kepribadian seseorang. Orang yang punya watak dasar pemarah misalnya akan lebih cepat dia dibentuk sebagai pemberani. Sebaliknya akan lebih lambat dia dibentuk menjadi orang yang penyabar.Bahkan ada yang berpendapat bahwa kepribadian yang merupakan gen bawaan ini tidak dapat diubah sama sekali.

Faktor kedua: Keluarga. Pengaruh keluarga dalam membentuk kepribadian sangatlah besar. Faktor ini akan mempengaruhi kepribadian anak yang terdiri dari beberapa fase:
  1. I.        Fase sebelum di dunia (masa kandungan) atau disebut dengan FASE EMBRIO. Ini dimulai sejak terjadi pembuahan, sampai sebelum kelahiran. Dalam fase ini adakalanya anak merasakan getaran naluriyah yang kuat dari kondisi ibu, ayah, bahkan dari lingkungan sekitar. Melalui placenta, dia akan munyerap secara maksimal setiap energi yang ada dalam aliran darah ibunya. Hingga kadangkala hanya tersisa sedikit sekali energi untuk ibunya. Kondisi ini biasa disebut dengan istilah ngidam. Pada Fase ini bayi sangat sensitif terhadap energi yang diserap dari ibunya. Baik yang bersifat positif maupun negatif. Baik moril maupun meteriil. Satu hentakan moril yang dahsyat misalnya ada berita buruk yang membuat sang ibu kaget dapat saja membahayakan seselamatan janin, atau kalaupun dia selamat, pastilah akan mempunyai pengaruh pada perkembangannya. Begitu pula pengaruh materiil. Makanan yang sermbarangan, jangan dikira tidaka akan mempunyai dampak pada janin. Apalagi obat obatan. Obat yang aman sekalipun bagi ibunya dapat menjadi obat yang berbahaya bagi si janin. Kalau kedua hal ini dapat mempengaruhi pada bentuk fisik kasar janin, apalagi terhadap kepribadiannya.
  2. II.        Fase semasa hidup didunia, ada bebrapa fase yang dilalui oleh manusia semasa hidup didunia:
  3. Fase Bayi. Ada bayi yang sangat sensitif terhadap sentuhan lembut sekalipun. Dia mudah terkejut atau kaget. Pada fase ini, cara ibu menyentuh, memegang, menyusui, memandikan, memakaikan pakaian bayinya, dapat berpengaruh dalam membentuk kepribadiannya. Bahkan dalam mengurus bayi sekalipun Rasulullah senantiasa memerintahkan untuk Tayammun (mendahulukan yang kanan), agar dalam masa pertumbuhannya dia sudah terbiasa dengan mendahulukan yang baik baik atau yang kanan kanan.
  4. Fase Anak. Pada fase ini, anak sudah mulai menyimpan dalam memori otaknya, berbagai hal yang dilihat dan dirasakan. Suara yang membentak dengan nada tinggi dari lingkungan sekitar yang sering didengar, bahkan dari layar kaca sekalipun, akan berpengaruh pada bentukan kepribadian anak. Ada orang tua yang mengeluhkan anaknya yang suka berkelahi, padahal orang tuanya tidak pernah berkelahi didepan anaknya. Tapi mereka lupa bahwa layar kaca yang ada dirumahnya sering sekali menyajikan contoh berkelahi. Bahkan mayoritas sajian yang diperuntukkan untuk anak, adalah isinya berkelahi, hanya sedikit yang sifatnyta perlombaan atau surfifal. Pada fase anak ini sebenarnya yang paling penting diajarkan kepada anak adalah Al-Asmaa’ (nama nama atau kata kata). Karena anak anak suka bermain, maka penting menciptakan pola bermain yang sekaligus mengajarkan kepada mereka al-asmaa’ ini. Mulai dari hitungan angka, huruf, kata, kalimat, hingga warna warni. Bukan hanya sekedar bernyanyi dam bersenandung.
  5. Fase Dewasa. Pada fase ini seseorang mulai merdeka menentukan pilihannya sendiri. Apa yang akan dipilihnya, tentu tergantung pada bentukan awal kepribadiannya. Tergantung sentuhan apa yang dia rasakan sejak dia mulai merasakan sentuhan itu. Tergantung apa yang pernah atau sering dilihat dan didengar sejak pertama kali dia dapat melihat dan mendengar. Adakalanya pada fase ini tidak dapat lagi dikendalikan. Atau sangat sulit sekali.
  6. III.        Fase setelah mati (alam Akhirat)
Pada fase ini manusia tidak lagi melakukan sesuatu sebagaimana didunia, tetapi mereka tinggal mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan didunia, jika baik maka akan dibalas dengan pahala, begitu juga dengan perbuatan buruk maka akan mendapatkan balasan pula berupa siksa. Fase ini merupakan fase akhir daripada perjalanan manusia, tidak ada fase lagi setelah ini,
Faktor ketiga: Lingkungan sekitar terdiri dari, teman bermain, jiran tetangga, dan juga lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan ini ada yang langsung memberi warna dan pengaruh yang kental, ada pula yang sekedar menyajikan disiplin ilmu tertentu.
Sebagai Muslim, tentunya kita berharap lingkungan pendidikan yang disajikan pada anak anak kita dapat memberi warna yang positif, selaras dengan aqidah yang kita yakini kebenarannya. Jangan sampai mereka didoktrin dengan berbagai ajaran yang menyimpang dari syari’at Islam.

Ketika kita sudah mengenal berbagai faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang, perhatian kita kemudian mengarah kepada bagaimana cara kita berinteraksi dengan berbagai faktor tersebut. Apa yang harus kita perbuat dan bagaimana kita harus bersikap.

Lebih spesifik lagi sebagai seorang pendidik, apa saja yang perlu menjadi stressing kita dalam lingkup pendidikan ini. Dalam makalah ini kami mencoba menyajikan beberapa hal kecil yang seringkali luput dari perhatian kita, sementara jika kita mengabaikannya, akan berdampak buruk bagi anak didik kita.

1. Memberi kesempatan. Orang dewasa biasanya suka memonopoli dan mengambil alih kesempatan atau peluang yang mestinya merupakan hak anak anak. Sebagai suatu contoh misalnya ketiaka seseorang bertanya tentang nama sianak, karena tidak sabaran menunggu, orang dewasa biasanya langsung saja menyela dan menjawab, sementara sianak masih memerlukan sedikit waktu untuk berproses, berfikir, menganalisa, kemudian mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Ketika ia hendak menjawab, tiba-tiba sudah didahului oleh orang dewasa. Pada kesempatan yang lain, ketika ada pertanyaaan yang sama, sianak hanya merasa perlu membengkok bengkokkan badannya sambil menunggu orang dewasa yang sebelum dia sempat berfikir pun sudah ready answer. Hal ini lambat laun akan berpengaruh pada rasa percaya diri si anak.

2. Memberikan pilihan, Dalam memilih mainan atau pakaian yang akan dipakai untuk acara tertentu, idealnya orangtua mestinya tidak langsung memilihkan satu pakaian yang harus dipakai sianak, suka maupun tidak suka. Beri dia kesempatan untuk memilih dengan cara mengambilkan baginya dua atau tiga potong pakaian yang kita anggap pantas untuk kondisi dimaksud, dijejer didepannya, kemudian beri kesempatan dia untuk memilih. Ini akan membiasakan anak berjiwa besar. Begitu pula dengan mainan nya.

3. Memberi kebebasan. Dalam istilah psikologinya biasa disebut ‘mengikat bertali panjang’. Kebebasan dalam lingkup pendidikan bukanlah kebebasan yang sebebas bebasnya, akan tetapi ada batasan. Penentuan batasan ini kadang gampang-gampang susah. Intinya mudah saja, jangan terlalu ketat, jangan juga terlalu longgar, namun pada prakteknya tidak semudah yang diteorikan. Adakalanya kita dapatkan anak yang bermental kucing. Artinya kalau sedang diawasi, alangkah sopannya, namun jika sedang tidak dalam pengawasan, alangkah nakalnya. Jika hal yang demikian kita dapatkan dalam sebuah keluarga, ini adalah salah satu indikasi bahwa dalam keluarga itu anak anak terlalu di dikte, tidak diberi kesempatan, apalagi kebebasan untuk memilih.

4. Memberi pujian. Orangtua atau pendidik yang bijaksana, biasanya tidak pernah lupa memberikan pujian atas prestasi yang diraih oleh anak-anak didiknya. Pujian ini hendaknya tidak berlebihan karena dapat menimbulkan efek riya’ pada anak yang akan membekas hingga ia dewasa.

5. Memberi hukuman. sebaik baik hukuman adalah jika anak yang dihukum dengan sadar bahwa memang sudah sepantasnya dia dihukum atas kesalahannya dan hukuman yang dia terima adalah sedapat mungkin dia merasa bahwa setimpal dengan kesalahannya.

Demikianlah sekelumit tentang beberapa hal yang berpengaruh dalam membentuk kepribadian muslim, jika kepribadian ini terbentuk dengan baik sebagaimana mestinya maka akan mudah sekali memberi warna dengan aqidah yang lurus, karena dien ini dibangun atas dasar fithroh, sementara lawan dari tithroh itu adalah penyimpangan. Jika berbagai penyimpangan dapat diredam, maka akan sangat mudah mengarahkan kearah fitroh.
Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan semoga kita dipandaikan Allah dalam mendidik generasi islam yang merupakan tonggak bagi dien ini. Amin, amin ya Robbal Alamin.
Tags:

About

Thank you for your visit in my blog, you can access subtitle in this blog. If you need subtitle you can request in my contact or comment in one of article. Author : Alan Hendrawan

0 comments

Leave a Reply

Thank you for your comment in my blog