PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Urinaria
adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat – zat yang tidak tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat – zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Ginjal
melakukan dua fungsi utama, pertama mengekskresikan sebagian besar
produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua mereka mengatur konsentrasi
kebanyakan unsure cairan tubuh. Dalam makalah ini membicarakan
prinsip-prinsip pembentukan urina dan terutama mekanisme ginjal
mengekskresikan produk air.
Dengan
pembahasan ini diharapkan makalah ini dapat membantu proses belajar
mengajar yang efektif dan memudahkan dalam mempelajari tentang mekanisme
pembentukan urine. Terutama dengan kita ketahui tentang mekanisme
pembentukan urin maka, kita dapat lebih mudah mengetahui gangguan apa
saja yang mungkin untuk terjadi dalam proses mekanisme pembentukan
urine.
Makalah
ini mencoba menyajikan pembahasan-pembahasan yang ringkas dan mudah
dimengerti, sehingga pembaca lebih mudah untuk mengerti mekanisme
pembentukan urine dan gangguan-gangguan apa saja yang mungkin terjadi
serta intervensi yang harus dilakukan jika terdapat gangguan-gangguan
mekanisme pembentukan urine.
B. TUJUAN
Adapun
tujuan mengapa kami membahas mekanisme pembentukan urin adalah tidak
lain agar dapat mengetahui dan memahamai tentang mekanisme pembentukan
urine, gangguan-gangguan apa saja yang mempengaruhi perubahan mekanisme
pembentukan urine sehingga diketahui bagaimana intervensi yang harus
dilakukan perawat saat merawat pasien yang mengalami gangguan pada
mekanisme pembentukan urinenya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem
urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter
yang membawa urine ke dalam seuah kandung kemih untuk penampungan
sementara dan ureter yang megalirkan urine keluar tubuh melalui
orifisium uretra eksterna.
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga
ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal
adalah organ berbentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang
dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah
pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan
panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang
mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal).
PERAN GINJAL TERHADAP HOMEOSTSASIS TUBUH
Ginjal
berperan dalam homeostatis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan
organ –organ lain. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH
lingkungan internal dan mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh,
kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh system pernapasan. Ginjal
melaksanakan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, misalnya zat sisa metabolism
dan kelebihan garam / air, sementara menahan zat yang bermanfaat bagi
tubuh. Organ ini juga mampu mempertahankan konstituen – konstituen
plasma yang konsentrasinya dijaga dalam rentang sempit agar tidak
megganggu kehidupan walaupun pemasukan dan pengeluaran konstituen –
konstituen tersebut dari jalan lain sangat bervariasi.
Berikut ini adalah cara – cara spesifik yang dilakukan ginjal untuk membantu homeostasis
Fungsi Regulasi
- Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektolit CES ( Cairan Ekstrasel ), termasuk elektolit-elektolit yang penting untuk mengatur eksitabilitas neuromuskulus
- Ginjal berperan mempertahankan pH yang sesuai dengan mengeliminasi kelebihan H+ ( asam ) / HCO3 ( basa ) dalam urin
- Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai untuk pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri dengan mengontrol keseimbangan garam dalam tubuh
- Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh yang penting untuk mempertahankan osmolitas ( konsentrasi zat terlarut ) CES yang sesuai.
Fungsi Eksresi
Ginjal
mengeksresikan produk – produk akhir, metabolisme dalam urin. Zat – zat
sisa ini bersifat toksik bagi tubuh apabila tertimbun
Ginjal juga mengeksresikan banyak senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh
Fungsi Hormonal
Ginjal
mensekresikan eritropoiein, hormon yang merangsang produksi sel darah
merah oleh sumsum tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostasis dengan
membantu mempertahankan kandungan O2 yang optimal di dalam darah lebih dari 98 % O2 dalam darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah
Ginjal
juga mensekresikan renin, hormon yang mengawali jalur renin
angiotensin-oldosteron untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus yang
penting dalam pemeliharaan jangka panjang volume plasma dan tekanan
darah arteri
Fungsi Metabolisme
Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting penyerapan Ca ++ dari saluran pencernaan, kalsium, sebaliknya memiliki banyak fungsi homeostatik.
STRUKTUR INTERNAL GINJAL
- Hilus (hilum). adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
- Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.sinus ini membuka kelekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
- Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal.
- Parenkim ginjal. Adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur ginjal. Jaringan ini terbagi atas medulla dalam dan korteks luar.
- Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya
.
Dalam
satu ginjal mengandung satu sampai empat juta nefron yang merupakan
unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki satu komponenvaskular
(kapilar) dan satu komponen tubular. Komponen nefron terdiri atas:
- Glomerulus adalah gulunagn kapilar yang yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.
- Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.
- Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang masuk kedalam medulla, membentuk lekungan jepit yang tajam, dan membalik keatas membentuk tungkai asenden ansa Hnele.
- Tubulus Kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.
- Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap duktus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.
TRANSPLANTASI GINJAL
Transplantasi
(cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh
seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama
yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk
mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.
Proses Transplantasi Ginjal
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter)
ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah
terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing (urine)
biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi
bahkan setelah beberapa minggu. Ginjal lama kita yang dua buah akan
dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi
atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus diangkat.
Persiapan Transplantasi
Tiga
faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien).
Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah
sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru
tersebut.
- Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.
- Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
- Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan
Komplikasi
Setelah
transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan,
yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem
tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus
diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang,
reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat
imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani
dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain.
Obat
imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat
mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga
dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan
bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua
resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat
menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah
tinggi, dan penyakit tulang.
Keuntungan Transplantasi Ginjal
a. Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c. Penderita tidak perlu melakukan dialisis
d. Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
Kekurangan Transplantasi Ginjal
- Butuh proses pembedahan besar.
- Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
- Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
- Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.
URETER, KANDUNG KEMIH, DAN URERTA
Ureter
adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal
yang merentang sampai kandung kemih. Stiap ureter panjanganya antara 25-
30 cm dan berdiameter 4-6 mm. Saluran ini menyempit pada tiga tempat :
di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pingiran
pelvis, dan di tititk pertemuannya dengan kandung kemih. Dinding ureter
terdiri dari tiga lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan
fibrosa, di tengah muscularis longitudinal, dan lapisan epitelium mukosa
di bagian terdalam.
Kandung kemih pelvis dengan adalah organ muskular berongga yang
berfungsi sebagai kontainer penyimpanan urine. Kandung kemih ditopang
dalam rongg pelvis dengan lipatan peritoneum dan kondensasi fasia.
Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan : serosa, otot
detrusor, submukosa, dan trigonum.
Ureter adalah organ yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian
eksterior tubuh. Pada laki-laki panjang ureter mencapai 20 cm dan
melalui kelenjar prostat dan penis. Pada wanita berukuran pendek,
sekitar 3,75 cm.
GANGGUAN KOMPONEN SISTEM URINARIA
BAB III
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK URINE
MEKANISME PEMBENTUKAN URINE
Glomerulus
berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada kapsula bowman, berfungsi untuk
menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan
terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus,
sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel
darah dan bagian plasma darah. Jumlah urine sekitar 900-1500 ml/24 jam,
dengan komposisi air sekitar 96% dan bahan-bahan yang terlarut di
dalamnya (elektrolit terutama natrium dan sisa metabolism terutama
ureum, cyte dan erytrocite 1-2 buah/ lapangan pandang (ini noprmal).
Pada penderita icterus adanya bilirubin dan uronilin yang menyebabkannya
menjadi kuning. Ada tiga tahap pembentukan urine :
- Filtrasi
Terjadi
di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
dari permukaan aferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang
tersaring ditampung oleh kapsula bowman yang terdiri dari glukosa, air,
natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll yang diteruskan ke tubulus
ginjal. Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah,
dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian
dari endapan.
Hasil
penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada
filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium,
kalium, dan garam-garam lainnya.
- Lapisan endotel kapiler
- Membran basalis
- Lapisan sel epitel yang diilustrasikan pada permukaan luar kapiler glomerulu
Komposisi Filtrat Glomerulus
Pembentukan
urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan oleh kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan caliper, kapiler
glomerulus juga relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan
hasil filtrasi yang disebut filtrate glomerulus pada dasarnya bersifat
bebas protein dan tidak mengandung elemen selular, termasuk sel darah
merah. Konsentrasi unsure plasma lainnya, temasuk garam dan molekul
organic yang terikat pada protein plasma seperi glukosa dan asam amino
bersifat serupa baik dalam plasma maupun filtrate glomerulus,
p;engecualian terhadap keadaan umum ini ialah zat dengan berat molekul
rendah seperti kalsium dan asam lemak, yang tidak di filtrasi secara
bebas Karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma. Hampir
semua dari kalsium plasma dan sebagian besar asam lemak plasma terikat
pada protein dan bagian yang terikat ini tidak di filtrasi dari kapiler
glomerulus. Cairan yang difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam
kapsula bowman disebut filtrate glomerulus. Lapisan pada membran
glomerulus :
GFR ( laju filtrat glomerulus)
GFR merupakan kira-kira 20% dari aliran plasma ginjal. Seperti pada kapiler lain GFR ditentukan oleh :
- Keseimbangan kekuatan osmotic koloid dan hidro static yang bekerja melintasi membran kaliler.
- Koefisien filtrasi kapiler (KF), hasil permialbilitas dan daerah filtrasi kapiler. Kapiler glomerulus mempunyai laju filtrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan banyak kapiler lainnya karena tekanan hidrostatik glomerulus yang tinggi dan KF yang besar
Pada
orang dewasa normal GFR rata-rata 125 ml/ menit, atau 180 L/ hari.
Fraksi aliran plama renal yang difiltrasi rata-rata sekitar 0,2, ini
menandakan bahwa kira-kira 20% plasma yang mengalir dari ginjal akan di
filtrasi oleh kapiler glomerulus.fraksi filtrasi dihitung sebagai
berikut : Fraksi filtrasi = GFR / aliran plasma ginjal.
Kemampuan
filtrasi zat terlarut ditentukan oleh ukurannya dan muatan listriknya
membran kapiler glomerulus lebih tebal dibandingkan membran kapiler
lainnya tetapi juga lebih menyerap dank arena itu menyaring pada
kecepatan tinggi. Meskipun laju filtrasi tinggi, sawar filtrasi
glomerulus bersifat selektif dalam menentukan molekul yang akan di
filtrasi, berdasarkan ukuran dan muatan listriknya.
Kemampuan
filtrasi 1,0 berarti bahwa zat di filtrasi secara bebas seperti air,
kemampuan filtrasi 0,75 berarti bahwa zat hanya di filtrasi 75%
kecepatan air.perhatikan bahwa elektrolit seperti natrium, dan senyawa
organic yang kecil seperti glukosa, akan di filtrasi secara bebas. Bila
berat molekulnya mendekati berat molekul albumin, kemampuan filtrasi
akan menurun secara cepat hingga tingkat yang rendah, mendekati 0.
Kemampuan
filtrasi suatu zat juga ditentukan oleh muatan molekul. Pada umumnya,
molekul besar dengan muatan negative lebih sukar di filtrasi
dibandingkan dengan molekul bermuatan positif dengan ukuran molekul yang
sama.
Faktor Yang Mempengaruhi GFR
- Tekanan arteri, bila tekanan arteri meningkat, ini jelas meningkatkan tekanan di dalam glomerulus, sehingga laju glomerulus meningkat, tetapi peningakatan filtrasi masih di atur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan glomerulus yang meningkat drastic.
- Efek kontriksi arteriol aferen, pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus, akibatnya terjadi penurunan terjadi penurunan glomerulus.
- Efek kontriksi arteri eferen, kontriksi ateriol eferen meningkatan tahanan terhadap aliran keluar dari glomerulus dan ini akan meningatkan laju glomerulus dan filtrasinya, tetapi bila penyempitan arteri terlalu besar dan aliran darah sangat terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun.
- Efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus, bila arteiol eferen dan eferen berkontraksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap mnitnya akan menurun. Kemudian karena cairan filtrasi dari glomerulus maka konsentrasi protein plasma dan tekanan osmotic koloid plasma dalam glomerulus akan meningkat. Sebaliknya ini akan melawan filtrasi, sehingga bila aliran darah glomerulus turun secara bermakna di bawah normal, maka laju filtrasi mungkin menjadi tertekan secara serius walaupun tekanan glomerulus tinggi.
b. Proses reabsorpsi
Pada
proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan
natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke
dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,
99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada
tubulus kontortus distal.
Substansi
yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari
178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari
zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah
terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam
urin sekunder.
Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
c. Augmentasi dan Sekresi
Augmentasi
adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Sisa
penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
HORMON YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN URINE
- Hormon Aldosteron.
Fungsi
fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral
(mineralo kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula
suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan K+, yakni terutama
mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron
meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+
bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau
cairan ekstra sel.
- Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin.
Hormon
ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai “anti diuretik dengan pekerjaan
utama untuk “retensi cairan”. Terutama untuk pengaturan volume cairan
ekstra sel dan konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan
osmotik plasma.
Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh :
1. Penurunan volume cairan ekstra sel.
2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ).
- Prostaglandin
Dalam ginjal, prostaglandin ginjal berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium, dan efk ginjal pada ADH.
- Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium.
MEKANISME PEMEKATAN DAN PENGENCERAN URINE
MIKTURASI
Mikturasi
adalah proses pembuangan urine. Timbulnya refleks rasa ingin kecing
bila tertimbun urine 200-300 ml dalam vesica urinaria. Kesukaran
mikturasi biasanya disebabkan oleh :
1. BPH, yaitu pembesaran kelenjar prostat (sering terjadi pada pria diatas 50 tahun)
2. Batu urethra
3. Striktura urethra, urethra menyempit penuh jaringan parut bekas infeksi.
Proses
miksi dimulai dari ginjal, ureter, vesica urinaria, uretra. Darah
memasuki glomerulus aferen dan kemudian meningkat melalui arteriol
aferen. Glomerulus merupakan jalinan dari 50 kapiler sejajar dan
dilapisi oleh sel-sel epitel. Btekanan darah di dalam glomerulus
menyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam kapsula Bowman. Dari situ
cairan tersebut mengalir ke dalam ansa henle, kemudian turun ke bawah
medulla ginjal, sekitar 1/3- 1/5 menembus jauh ke dalam medulla. Bagian
bawah ansa henle tersebut mempunyai dinding sangat tipis dan karena itu
disebut segmen tipis ansa henle. Dari ansa henle, cairan tersebut
megalir ke dalam tubulus distalis. Akhirnya cairan tersebut mengalir ke
dalam tubulus (duktus) koligens yang mengumpulkan cairan dari beberapa
nefron. Duktus koligen berjalan dari korteks kembali ke bawah melalui
medulla, sejajar dengan ansa henle, kemudian ia bermuara ke dalam
velvis ginjal.
Ketika
filtrate glomerulus megalir melalui tubulus tersebut, kebanyakan air
dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya direabsorpsi ke kapiler,
peritubulus, dan sejumlah kecil solute lain disekresikan ke dalam
nobulus. Air dan solute tubulus yang tersisa menjadi urina
VOLUME URIN YANG WAJIB DIKELUARKAN
Volume
urin yang wajib dikeluarkan individu perharinya (dalam keadaan normal)
dipengaruhi oleh osmolaritas minuman atau makanan yang diminum.
Misal:
jika kita meminum satu liter air laut dengan konsentrasi 2400 mOsm/L
maka volume urin yang dikeluarkan dapat dihitung dengan
2400 : 1200 = 2 liter
Keterangan :
1200 merupakan kemampuan pemekatan urin maksimal
PEMERIKSAAN URINE
Tahu kondisi organ
Materi
yang terkandung di dalam urin bisa diketahui melalui urinalisis atau
pemeriksaan urin. Lewat urinalisis kita dapat mengetahui fakta tentang
ginjal dan saluran urin. Selain itu, juga dapat diketahui mengenai faal
berbagai organ tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas, cortex adrenal, dan lain sebagainya.
Namun, memilih contoh (sampel) urin harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Ketika melakukan urinalisis memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Namun, bila mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin pada saat yang tidak menentu, seperti di waktu siang atau malam, dapat dilihat perbedaan yang jauh dari sampel-sampel itu.
Namun, memilih contoh (sampel) urin harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Ketika melakukan urinalisis memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Namun, bila mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin pada saat yang tidak menentu, seperti di waktu siang atau malam, dapat dilihat perbedaan yang jauh dari sampel-sampel itu.
Pemeriksaan
urin lengkap di laboratorium akan melihat warna urin, kepekatannya, pH,
berat jenis, sel darah putih, sel darah merah, sedimen, sel epitelial,
bakteri, kristal, glukosa, protein, keton, bilirubin, darah samar,
nitrit, dan urobilinogen.
Tanda dehidrasi
Urin
juga menjadi penunjuk dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Orang yang
tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin bening seperti air.
Sebaliknya, orang yang mengalami dehidrasi, urinnya berwarna kuning
pekat atau cokelat karena tubuh kehilangan garam dan mineral dalam
jumlah yang banyak.
Untuk mengembalikan urin Anda ke warna semula, cobalah minum larutan garam elektrolit, misalnya oralit.
Untuk mengembalikan urin Anda ke warna semula, cobalah minum larutan garam elektrolit, misalnya oralit.
Bila
oralit tak tersedia, cobalah larutan gula-garam. Cara membuatnya mudah
saja, yakni larutkan satu sendok teh gula dan sejumput garam ke dalam
200 cc air matang. Bila dehidrasi tak membaik, perlu pemberian cairan
infus.
Pengambilan Sampel Air Seni
Pengambilan Sampel Air Seni
Menurut Wachyuni dari bagian Mikrobiologi RSVP Fatmawati, Jakarta Selatan, aria beberapa cara pengambilan sampel urin, yakni:
1. Urin sewaktu
1. Urin sewaktu
Untuk
berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan
pada waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik
untuk pemeriksaan rutin tanpa keluhan khusus.
2. Urin pagi
2. Urin pagi
Maksudnya,
urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur.
Urin ini lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan di siang hari.
Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen, berat jenis, protein, juga tes
kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring
karena adanya glukosuria.
3. Urin postprandial
3. Urin postprandial
Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 - 3 jam sehabis makan. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.
4. Urin 24 jam
Sampel
ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka analisis. Untuk
mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 1,5 liter
atau lebih yang ditutup dengan baik. Botol harus bersih dan memerlukan
zat pengawet.
Cara mengumpulkan urin ini dikenal juga sebagai timed specimen, yakni urin siang 12 jam, dan urin malam 12 jam. Urin siang 12 jam dikumpulkan dari pukul 07.00 sampai 19.00.
Sementara
urin malam 12 jam, dikumpulkan dari pukul 19.00 sampai pukul 7.00
keesokan harinya. Adakalanya urin 24 jam ditampung terpisah-pisah dalam
beberapa botol dengan maksud tertentu. Contohnya, pada penderita
diabetes melitus untuk melihat banyaknya glukosa dari santapan satu
hingga santapan berikutnya.
5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki
5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki
Urin
jenis ini digunakan untuk pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk
mendapatkan gambaran tentang letak radang atau lesi lain, yang
mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam air kencing pria.
Membaca Arti Warna Urin
1. Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
2. Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).
Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).
3. Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
4. Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
5. Cokelat tua atau hitam
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).
6. Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH DAN TERBENTUKNYA URINE
1. Usia
Pengeluaran
urin usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan
rangsangan untuk miksi dan balita makanan balita lebih banyak berjenis
cairan sehingga urin yang dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran
urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah
nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.
2. Jenis dan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh
3. Life Style dan aktivitas
Seorang
yang suka berolahraga, urin yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih
pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energy
sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.
4. Status kesehatan
Orang
yang dalam keadaan sehat produksi urinnya akan berbeda dengan orang
sakit. Orang yang sakit mengeluarkan urin bisa lebih banyak ataupun
sedikit bergantung pada penyakit yang dideritanya.
5. Psikologis
Orang yang cemas metabolismenya lebih cepat sehingga urin lebih cepat dikeluarkan.
6. Cuaca
Bila
cuaca panas cairan tubuh lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat
sedangkan cuaca dingin cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin.
7. Jumlah air yang diminum
Akibat
banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang
dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan
filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
8. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
9. Banyak sedikitnya hormone insulin
Apabila
hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam
darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam
tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan
sering mengeluarkan urin.
KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT, DAN ASAM-BASA
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior
yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh,
termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan
laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan
ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan
tugasnya.
Untuk
dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini
bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara
subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal
juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
Komposisi Cairan Tubuh
Telah
disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi
lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan
tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan
umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50%
dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif
lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan
tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari
cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian
berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan
intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari
total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5%
dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen
lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun
volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak,
cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+
di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial
karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan
plasma.
Perbedaan
komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier
yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan
cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan
intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan
susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan
konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi
perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi
keseimbangan kembali.
Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap
kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka.
Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran
tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka
membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat
menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila
beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat
menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.
a. Difusi
Partikel
(ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan
cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut
merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
- Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
- Peningkatan permeabilitas.
- Peningkatan luas permukaan difusi.
- Berat molekul substansi.
- Jarak yang ditempuh untuk difusi.
b. Osmosis
Bila
suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut
lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni
dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah
ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat
yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan
yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi
perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
c. Filtrasi
Filtrasi
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi
oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan
besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas
membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan
hidrostatik.
d. Transport aktif
Transport
aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi
secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi
(ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam
tersebut
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan
volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan
ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan
memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting
untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal
ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara
tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan
keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam
juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.
Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan
cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
- mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
- mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+
yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi
Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon
ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan
volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal
meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali
normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas
cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam
suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi
solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah
(konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih
tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat
menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium
menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion
utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung
jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan
kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik
di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
- Perubahan osmolaritas di nefron
Di
sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan
osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan
keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus
menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).
Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,
sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular
atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding
tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara
aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi
garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal
dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus
distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan
akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada
ada tidaknya vasopresis (ADH).
- Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh
hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan
reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di
duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di
membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap
dipertahankan.
selain
itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di
hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan
di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai
kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.
Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan
Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air.
Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone
atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan
volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
Dehidrasi Dan Syok
Dehidrasi adalah
Syok
adalah kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik karena
ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman oksigen pada kapiler dan
jaringan tubuh.
• Syok hipovolemik à akibat : penurunan volume darah, diare, keringat berlebih, perdarahan.
- Syok
Dehidrasi terjadi akibat kehilangan cairan tubuh yang hebat dan berat.
Kondisi yang secara klasik menyebabkan dehidrasi adalah keringat
berlebihan, kehilangan cairan melalui gastrointestinal atas, diabetes
insipidus, asites, fase diuretik dari gagal ginjal akut, penyakit
addison, dan penggunaan diuretik yang sembrono.
• Syok kardiogenik : kegagalan jantung memompa darah secara adekuat
• Syok vasogenik : vasodilatasi luas yang dicetuskan zat-zat vasodilator. Syok septik :vasodilator yang dikeluarkan penyebab infeksi . Syok anafilaktik : histamin berlebihan pada reaksi alergi.
• Syok neurogenik : hilangnya tonus vaskuler oleh simpatis sehingga timbul vasodilatasi umum. Contoh :nyeri dalam yang hebat.
Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan
asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam
cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan
darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah
>7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas
metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan
ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
- pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
- katabolisme zat organik
- disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
- perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
- mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
- mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
- mengaktifkan sistem dapar kimia
- mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
- Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
- Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
- Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
- Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem
dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika
dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka
pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara
cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada
kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya
sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu
meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion
H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar
fosfat dan amonia.
Ketidakseimbangan Asam-Basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
- Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
- Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
- Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
- Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
0 comments