Dalam kurun waktu lima tahun sejak
1825 hingga 1830. Pasukan KRT Kertowaseso beserta santri-santri kyai Alwi
banyak memperoleh kemenangan dalam perang gerilya. Sehingga laskar-laskar kyai
Alwi ini begitu disegani dan ditakuti tentara Belanda.
Karena begitu terkenal kehebatan dan
keberanian semangat juang laskar santri rakyat di daerah ini dalam
melakukan perlawanan terhadap Belanda, maka daerah ini kemudian terkenal dengan
para perwira-perwira angkatan perangnya. Sehingga lambat laun daerah ini banyak
disebut orang dengan sebutan daerah yang ditempati kyai Alwi dan para santri-santrinya
yang sangat perwira.
Asal kata Kaliwiro sendiri tersusun
dari kata, “Kali dan Wiro.” Kali berasal dari kalimat nama
Kyai Alwi atau Ali atau Ngalwi. Sedangkan Wiro berasal dari suku kata
bahasa Jawa “Prawiro”. Yang berarti Perwiro atau Perwira. Sehingga bila
digabungkan menjadi kalimat “Ngaliwiro. Karena kebiasaan orang Jawa yang
sering menamakan suatu tempat dengan sebutan “kali” ( contoh :
Kalibenda, Kalimantan, Kalibawang, Kalikajar, Kaliputih dll ). Maka
orang Jawa pun lambat laun terbiasa menyebut Ngaliwiro berubah menjadi
Kaliwiro.
Mengenai kisah perjuangan kyai Alwi
atau Ali atau Ngalwi tidak ada literature yang mengisahkan atau meriwayatkan
kehidupan beliau secara jelas. Itu semua mungkin karena beliau hanyalah seorang
pendukung dan penasihat spritual Ki Ageng Selomanik yang berperan dari balik
layar dalam memimpin laskar santri melawan penjajah Belanda. Nama dan peran
beliau tenggelam dalam nama besar Ki Ageng Selomanik.
Sampai akhir hayat Kyai Ngalwi,
tidak pernah ada sejarah yang menulis kehidupan beliau dan kapan beliau wafat.
Satu-satunya jejak beliau hanya ada keterangan turun-temurun yang menerangkan
bahwa beliau wafat dan di makamkan di Kaliwiro. Makam beliau yang bersebelahan
dengan istri beliau berada di sebelah selatan ruas jalan yang menghubungkan
kecamatan Kaliwiro dan kecamatan Kalibawang di sebuah bukit kecil yang sudah di
bongkar dan di ratakan pada sekitar tahun 1966 untuk dijadikan komplek
perkantoran ( sekarang BRI Unit Kaliwiro ). Selanjutnya makam beliau
dipindahkan ke komplek TPU Manisjangan di selatan SDN 1 Kaliwiro sampai
sekarang.
0 comments