Bekali Keluarga Dengan Agama
– Hidup yang indah akan tercipta apabila di isi dengan prilaku yang
indah pula, kita setuju dengan pandangan tersebut, bukankah Rasulullah
Saw di utus kepermukaan bumi sebagai tauladan yang baik dan berakhlak
indah ?. Seorang pribadi muslim yang mulia adalah seorang yang mampu
menghiasi diri, keluarga dan masyarakatnya bukan hanya dengan menghiasi
pribadinya (jasmani) atau perhiasan dunia belaka. Namun, juga akan
terus berusaha menghiasi dan mentadaburi perhiasan jiwa dan nuraninya
yang tergambar dalam Akhlakul Karimah (Akhlak Mulia). Hubungan yang hangat antara orang tua dan anak akan menggambarkan lancarnya komunikasi antar mereka.
Tanpa di mintapun anak akan mengungkapkan seluruh isi hati & aneka masalah y
ang di hadapi kepada
orang tuanya. Mereka selalu bisa berlari pada orang tuanya, yang juga
akan selalu siap di sisi anaknya. Dengan hubungan semacam ini, fungsi & kontrol orang tua bisa berjalan dengan peran aktif dari si anak sendiri. Tanpa di mintapun anak akan mengungkapkan seluruh isi hati & aneka masalah y
Pengenalan
resolusi konflik misalnya ternyata sangat ampuh untuk di terapkan dalam
diri sendiri dan pikiran anak-anak hal ini di karenakan, kesalahan dan
kekhilafan merupakan bagian dari hidup yang sulit untuk di hindari,
tak ada manusia yang tak pernah salah dalam hal sekecil apapun.
Biasanya
manusia menyesali perbuatan salahnya, manakala timbul kesadaran dan
keinsyafan. Akan tetapi kesadaran dan keinsyafan tersebut tidak akan
muncul begitu saja, tanpa ada upaya untuk menumbuhkanya baik melalui
proses berfikir maupun pengalaman-pengalaman pahit yang pernah di alami,
serta dari pelajaran hidup plus hidayah dari Allah Swt. Hal ini pun
akan terjadi dalam hidup dan keseharian dari anak-anak kita.
Sistim
Resolusi konflik adalah upaya memecahkan konflik. Konflik pasti
terjadi dalam hubungan sesama manusia dalam berbagai tingkatannya.
Ketika melepas anak bergaul, potensi konflik pasti ada. Tidak jarang
anak-anak menyelesaikan konflik antara mereka dengan cara kekerasan.
Dan tidak heran bila kemudian tawuran pelajar bahkan sampai merambah
pada kerusuhan yang melibatkan suatu daerah dengan daerah lain begitu
lazim terjadi belakangan ini. Karena yang mereka tahu tentang pemecahan
konflik adalah dengan kekerasan dan adu otot. Maka pembekalan resolusi
konflik ini sangat penting untuk anak-anak dalam menapaki masa depanya.
Resolusi konflik yang paling baik dilakukan adalah pemecahan masalah dengan cinta & kasih sayang.
Resolusi semacam ini melahirkan sifat Empati pada anak misalnya,
ajaklah mereka untuk menempatkan diri pada posisi temannya dengan
contoh yang baik, transparan, kasih sayang dan mudah untuk di mengerti.
Memang
tidak semua anak bisa langsung mengerti dan bisa mengikuti pemecahan
masalah semacam ini. Namun, kalau tidak dilatih, anak-anak kita tidak
akan pernah tahu untuk menggunakan resolusi konflik ini dalam
lingkungan pergaulannya. Seperti satu pepetah Arab menyatakan ‘Manlam yataalam fisiqarihilam yataqaddam fi kibarihi” Barang siapa tidak belajar pada waktu kecil, ia tidak akan maju pada waktu dewasa.
Jelas belajar itu sangat penting untuk di terapkan pada usia dini dan
remaja sehingga dewasa bisa memetik hasilnya dan hari tua akan akan di
nikmati dengan bahagia.
Selain
hal diatas informasi yang benar berdasarkan realita sangat di butuhkan
dalam keseharian dan dalam proses pembentukan karakter anak. Bayangkan
bila kita dilepas di suatu tempat tanpa informasi apapun. Kalaupun ada
informasi ternyata keliru. Apa yang terjadi ?. Kita akan tersesat
tidak tahu jalan pulang.
Demikian
pula dengan anak-anak yang mau tidak mau akan terjun kepergaulan, tapi
tidak punya informasi yang up to date tentang dunianya yang semakin
luas itu. Maka orang tua sangat perlu membekali anak-anak dengan
berbagai informasi yang benar tentang dunia mereka. Jangan hanya
membeberkan hal-hal yang baik-baik saja, sebaiknya segala hal yang burukpun perlu di informasikan pada mereka.
Yang
kita khawatirkan, bila sesuatu yang buruk terjadi pada mereka,
sedangkan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, jelas mereka
jadi tidak siap mengahadapinya. Misalnya, kurangnya pengetahuan akan
bahaya narkoba, minuman keras, tawuran, sifat iri dengki atau kejahatan
yang lainya.
Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw “
Jauhilah dirimu dari sifat iri karena sifat iri itu akan memakan
seluruh kebaikan, sebagai mana api memakan dan melahap kayu bakar yang
kering”. (Hr. Abu Daud). “ Telah melanda kepadamu penyakit
umat-umat terdahulu, yaitu kebencian, kedengkian, hasad, iri, sombong.
Yaitu hal yang mencukur (artinya mencukur) agama, bukan mencukur
rambutnya. ” (Hr. Ahmad dan Nasai). Hadis Rasulullah Saw di atas,
tidak sekedar untuk informasi dan tiori saja tapi harus di
realisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ajari
terus anak dengan sabar dan tawakal, bagaimana menghadapi hal-hal
buruk yang mungkin terjadi pada nantinya. Misalnya, ajari anak cara
menolak bila ada teman yang menawarinya untuk mengkomsumsi Narkoba,
miras dan benda-benda terlarang dan berbahaya lainya, yang sudah sangat
meresahkan dan mencemaskan bukan hanya para orang tua saja tapi, juga
keresahan yang di alami oleh bangas dan negara sekarang ini.
Tanamkan
pada diri sendiri dan pada diri si anak, bahwa sifat iri dengki, hasad,
menfitnah merupakan sifat tercela yang sangat di benci oleh Allah Swt.
Jelaskan pada anak bahwa sifat-sifat tersebut akan membuat hati dan
pikiran tidak tenang karena selalu di selimuti oleh pikiran jahat.
Oleh
karena itu hindarilah prilaku tersebut dan tanamkanlah pada diri dan
diri si anak sifat amanah, manusiawi, baik sangka (Huznuzon) dan
tancapkanlah dalam hati dan pikiran untuk selalu bersyukur atas semua
rezeki yang telah di peroleh (Qana’ah). Dan ingat jangan selalu melihat
kelebihan, kekurangan dan kejelekan orang lain saja, koreksilah dirimu
sendiri.
Suatu keadaan yang sering (ter-di) abaikan terhadap perkembangan pikiran, sikap dan mental adalah, menanamkan etika dan empati ke dalam diri sendiri dan diri anak-anak,
padahal cara ini sangan membantu akan perkembangan jiwa dan
kesederhanaannya. dengan mengenalkan diri sendiri sebagai pendidik
(orang tua, guru).
Dan
kenalkan anak pada berbagai contoh masyarakat yang mungkin mereka temui
dalam pergaulan mereka. uraikan, bahwa tidak semua orang bisa hidup
sejahtera dan serba kecukupan. Jangan hanya membawa anak jalan-jalan ke
mal-mal, super market atau tempat rekreasi indah lainnya.
sekali-sekali ajaklah mereka ke tempat orang-orang yang tidak punya
(kaum duafa), keperkampungan kumuh dsb. Biarkan mereka melihat
bagaimana orang-orang ini melakukan aktivitas sehari-hari dan melihat
anak-anak lingkungan seperti ini bermain. dari kegiatan ini, akan
timbulah rasa empati.
Sebenarnya
sukses atau tidaknya pergaulan tergantung pada kemampuan seseorang
untuk berempati. Semakin terasah rasa empatinya maka semakin mudah ia
bergaul. Etika pergaulan yang paling utama adalah memahami sudut pandang orang lain.
Dengan empati ia dapat merasakan bagaimana rasanya bila seseorang
sudah kecanduan narkoba bahkan sampai meningal, bagaimana rasanya hidup
dalam penjara yang pengap, akibat melakukan tindakan-tindakan kriminal
yang merugikan dirinya dan orang lain dsb. Ujung-ujungnya, ia tidak
akan melakukan tindakan yang merugikan orang lain atau merugikan dirinya
sendiri, karena tahu itu menyakitkan sekali.
Hal
yang tidak kalah urgentnya adalah menyuguhkan ajaran keislaman yang
amplikatif dan tidak sekedar hafalan, tiori dan semacamnya saja. Seharusnya Islam di upayakan untuk di terapkan dalam keseharian,
sehingga anak-anak tahu esensi agama itu. dalam lingkungan
terdekatnya, seperti orang tua dan sekolah-sekolah sudah semestinya
mencontohkan aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya cara bergaul dengan sesama teman, cara menghormati pendapat
orang lain dsb, jika perlu sampai pada cara bangun tidur, makan,
belajar, bertingkah laku, sampai tidur lagi.
Dengan
cara itu ajaran Islam akan lebih tertanam di dalam jiwa dan pikiranya,
sehingga otomatis menjadi filter bagi dirinya sendiri. Berdasarkan
nilai Islam ia telah membuat standar moral dalam grafik keseharianya.
Ia bisa memutuskan sendiri apakah sesuatu itu benar atau tidak, menurut
syar’i atau tidak. Dengan demikian kemanapun ia pergi untuk bergaul,
Islam tetap menjadi filter terbaik baginya.
Kepercayaan & Doa
Sangat
urgent bagi anak untuk merasa dirinya di percaya, menjalani
kehidupannya sendiri, kepercayaan membuat anak merasa dihargai.
Kesadarannya pun akan muncul terhadap kepercayaan yang merupakan amanah
yang harus dipertanggungjawabkannya pada orang tua. Bayangkan kalau
kepercayaan tidak ada, tanpa kepercayaan kita akan menghabiskan banyak waktu untuk menyelidiki, menimbang-nimbang dan mengawasi.
Begitu
juga hendaknya anak-anak remaja dan remaji yang sedang tumbuh,
peliharalah terus kepercayaan dengan membuat diri layak di percaya
hindari hubungan dan tindakan yang menjurus pada hilangnya rasa percaya
orang tua pada kita. Dan, kekuatan doa yang begitu dahsyat adalah
bekal, sekaligus pelindung utama bagi anak-anak kita. Seperti yang di
firmankan Allah Swt dalam Qs Al Baqarah-186
“
Dan apabila hamba-hambaku bertanya padamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
bermohon (doa) pada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah)-Ku, maka hendaklah mereka beriman pada-Ku agar mereka berada
dalam kebenaran”.
Serta
selalu menumbuhkan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa kita,
tentu dengan dilandasi iman dan taqwa pada-Nya seraya mematuhi segala
perintah dan menghentikan segala laranga-Nya. Ingat ketulusan dan keikhlasan doa orang tua sangat menentukan keselamatan anaknya dan Insya Allah akan dikabulkan oleh yang maha kuasa dan maha mengawasi.
Jadi, selama kita telah berupaya seoptimal mungkin menyiapkan anak-anak menuju pergaulannya, sekarang tinggal yakinkan diri kita bahwa Allah juga menjaga mereka ( Tawakalltu Allala ).
Hingga kemudian kita tidak akan cemas, khawatir yang berlebihan lagi
terhadap segala bahaya yang akan mengancam mereka. Allah Huu A’llam…
0 comments