Pembicaraan
kita kali ini tentang perkara yang sangat penting yaitu perkara
fanatisme yang tercela serta pengaruhnya. Fanatisme merupakan penyakit
kronis yang akan mematikan akal- akal manusia dan meruntuhkan
dasar-dasar berpikir. Bahkan dapat membunuh jiwa sekali pun.
Fanatisme
merupakan bencana pertama yang menimpa makhluk-makhluk. Iblis yang
terlaknat yang merupakan makhluk pertama yang bermaksiat kepada Allah,
ternyata penyebab kemaksiatannya adalah fanatisme golongan, ketika
iblis mengatakan:
خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
“Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan Engkau menciptakan dia dari tanah.” (Al A’raf 12).
Ucapan
ini merupakan fanatisme dan kesombongan terhadap jenisnya. Juga kaum
Nuh dan umat-umat yang sesat yang mendustakan para Rasul serta
golongan-golongan dan aliran-aliran agama dari kalangan Yahudi,
Nashrani, Majusi dan kaum berhalaisme, tidaklah mereka dibinasakan
kecuali oleh penyakit kronis ini, na’udzubillah.
Firqah-firqah
sesat yang masih mengaku sebagai muslimin dulu dan sekarang, juga
sama. Mereka tertimpa penyakit ini dalam aqidah dan ibadah mereka.
Kalau
begitu, penyakit ini sungguh mematikan. Mematikan pribadi-pribadi
maupun kelompok- kelompok yang mengajak untuk mendustakan para Rasul.
Membawa mereka untuk berdusta dan menyeleweng dengan menyebarkan
kesesatan yang membinasakan, pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Maka
wajib setiap kita meneliti secara pribadi atau pun kelompok kemungkinan
adanya penyakit ini, kemudian menghindarkannya, serta melepaskan
penyakit jelek yang terkutuk ini dari diri-diri kita.
Kita
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memaafkan umat Islam dan
menyembuhkan mereka dari penyakit yang mematikan ini dan semoga Allah
menyatukan barisan mereka dan kalimat mereka.
Sesungguhnya
Islam adalah agama yang haq yang diturunkan oleh Allah, penguasa yang
haq, yang menciptakan langit dan bumi dengan haq. Allah yang menurunkan
kitab dengan haq dan meletakkan timbangan. Allah yang memerangi
kedhaliman dan musuh-musuh dan penyelewengan dengan berbagai macam
bentuknya. Dari berbagai macam sumbernya yang semua itu atau hampir
semuanya disebabkan oleh penyakit fanatisme ini.
Sesungguhnya
fanatik terhadap agama tertentu, suku-suku ataupun pribadi-pribadi
tertentu, atau madzhab-madzhab tertentu atau partai-partai tertentu,
telah diperangi oleh Islam dengan sekeras- kerasnya. Yang demikian ini,
karena fanatisme yang dimurkai tersebut adalah perkara yang terus
mengalirkan bau busuk, merupakan sumber yang jelek dari segala macam
penyakit yang mematikan. Inilah faktor-faktor yang mendorong
partai-partai, golongan kafir yang dhalim untuk berdiri di depan para
rasul dan segenap risalah-risalah mereka untuk mendustakannya,
menentangnya, menuduhnya, membantahnya, melawannya dengan kebatilan.
مَا
يُجَادِلُ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ إِلاَّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَلاَ
يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلاَدِ. كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ
نُوحٍ وَالأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ ﴿غافر: ٤-٥﴾
“Tidaklah
membantah ayat-ayat Allah kecuali orang-orang kafir. Maka janganlah
menipu kalian bolak-baliknya mereka di negerinya. Telah mendustakan
sebelum mereka kaum Nuh dan umat setelahnya…” (Ghafir 4-5).
Apakah
hujah (alasan) mereka dalam menentang dan melawan para Rasul sepanjang
sejarah? Jawabannya: Hampir setiap umat berhujjah dengan hujjah yang
sama yang merupakan tonggak setiap orang dhalim yang lemah dan fanatik
yaitu: sebagaimana Allah kisahkan tentang kaum Nuh dalam surat
Al-Mukminun 23-24.
وَلَقَدْ
أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ
مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ. فَقَالَ الْمَلَأُ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ
يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ َلأَنْزَلَ
مَلاَئِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا الأَوَّلِينَ
﴿المؤمنون: ٢۳-٢٤﴾
“Dan
sungguh telah Kami utus Nuh kepada kaumnya, beliau berkata: Wahai
kaumku, beribadahlah kepada Allah, tidak ada bagi kalian sembahan
kecuali Dia. Tidakkah kalian mau bertakwa? Maka berkatalah kaumnya dari
kalangan orang-orang kafir: Dia ini tidak lain kecuali manusia biasa
seperti kalian. Hanya saja dia ingin diunggulkan di atas kalian. Kalau
saja Allah kehendaki, tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat.
Sungguh kami tidak pernah mendengar yang demikian dari bapak-bapak kami
yang terdahulu.” (Al Mu`minun: 23-24).
Inilah
alasan mereka, yaitu tidak datangnya kepada mereka apa yang dibawa
oleh Nabi Nuh alaihis salam melalui tokoh-tokoh pimpinan mereka.
Seandainya al-haq itu datang kepada mereka melalui tokoh-tokoh pimpinan
mereka tentulah mereka menerimanya, akan tetapi al-haq itu justru
datang melalui orang lain. Itulah yang disebut fanatik. Allah Ta’ala
berfirman:
وَجَعَلُوا
الْمَلاَئِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا
خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ. وَقَالُوا لَوْ شَاءَ
الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ
هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ. أَمْ ءَاتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ
فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ. بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا
عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ. وَكَذَلِكَ مَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلاَّ قَالَ
مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى
ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ ﴿الزخروف: ١۹-٢۳﴾
“Dan
mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba
Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka
menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan
persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. Dan
mereka berkata: “Jikalau Allah yang Maha Pemurah menghendaki tentulah
kami tidak menyembah mereka (malaikat).” Mereka tidak mempunyai
pengetahuan sedikitpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga belaka. Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada
mereka sebelum Al-Qur`an, lalu mereka berpegang dengan kitab itu?
Bahkan mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat
petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” Dan demikianlah. Kami tidak
mengutus sebelum kami seorang pemberi peringatan pun dalam suatu
negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:
“Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan
sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az-Zukhruf:
19-23)
Sikap
fanatik terhadap para tokoh pimpinan dan pengganti mereka walaupun
padanya terdapat kejelekan dan berkumpul di atasnya berbagai kesesatan
dan kekufuran. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِلَى
مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَارْجُوا الْيَوْمَ الآخِرَ وَلاَ تَعْثَوْا فِي الأَرْضِ مُفْسِدِينَ.
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ
جَاثِمِينَ. وَعَادًا وَثَمُودَ وَقَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنْ
مَسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمَ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ
عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ. وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ
وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي
الأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ. فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ
فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ
أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ
وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ
كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ ﴿العنكبوت: ۳٦-٤۰﴾
“Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu’aib,
maka ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah. Harapkanlah
(pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi membuat
kerusakan.” Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa
yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
tempat-tempat tinggal mereka. Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud. Dan
sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing)
tempat tinggal mereka. Dan syaithan menjadikan mereka memandang baik
perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah).
Sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam. Dan (juga)
Karun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
Musa dengan (membawa bukti- bukti) keterangan-keterangan yang nyata.
Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka
orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing
(mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka ada
yang Kami timpakan kepadanya hujan batu dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-Ankabut:
36-40)
Akibat Fanatisme
(Dengan keterangan di atas), maka apakah sesungguhnya akibat fanatisme, taklid, penentangan dan kebohongan?
Sesungguhnya
Allah Jalla wa ‘Ala telah menyebutkan berbagai akibat buruk segala
kejelekan tersebut dalam beberapa surat dan kisah-kisah yang banyak di
dalam Al-Quranul Karim agar ummat ini dapat mengambil pelajaran
berharga dari akibat dan kehancuran yang dialami ummat- ummat
sebelumnya. Dan agar ummat ini benar-benar waspada jangan sampai
terjatuh ke dalam perkara yang ummat terdahulu juga terjatuh padanya,
sehingga mereka akan menerima akibat yang sama seperti orang-orang
terdahulu. (Padahal) sunnah Allah yang berlaku pada hamba- hamba-Nya
tidak akan berubah dan berganti, sebagai bukti keadilan dan hikmah
Allah, dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Mempunyai Hikmah, Hakim Yang
Maha Adil.
Allah
Ta’ala berfirman dalam surat Al-’Ankabut sesudah menyebutkan kisah Nabi
Nuh ‘alaihissalam dan kaumnya, Nabi Ibrahim bersama kaumnya dan kisah
Nabi Luth dengan kaumnya. Kisah-kisah tersebut mengandung berita
tentang kehancuran ummat-ummat yang mendustakan agama Allah, fanatik
terhadap para pimpinan mereka dan menentang dakwah yang haq yang datang
kepada mereka. Perhatikan firman Allah Ta’ala di dalam surat
Al-’Ankabut 36-40 di atas.
Inilah
akibat fanatisme di dunia, kebinasaan dan kehancuran, wal ‘iyadzu
billah. Bencana- bencana yang menimpa umat-umat yang tersebut di ayat
tadi dalam surat Al-Ankabut. Mereka seluruhnya mendapatkan akibat yang
sama yaitu berakhir dengan bencana dan malapetaka. Wal iyadzu billah.
Adapun akibat-akibat fanatisme dan penentangan di akhirat adalah sebagai berikut:
Pertikaian mereka yang fanatik terhadap tokoh-tokohnya dan antara mereka.
Allah kisahkan tentang mereka dalam surat Saba` ayat 31-33:
وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْءَانِ وَلاَ بِالَّذِي
بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ
رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ
اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلاَ أَنْتُمْ لَكُنَّا
مُؤْمِنِينَ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا
أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ
كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ. وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا
أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا
النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأَغْلاَلَ فِي
أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلاَّ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ ﴿سباء: ۳١-۳۳﴾
“Dan
orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada
Al-Qur`an ini dan tidak (pula) kepada kitab sebelumnya.” Dan (alangkah
hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang- orang yang dhalim itu
dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka menghadapkan perkataan
kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata
kepada orang- orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena
kamu tentulah kami menjadi orang- orang yang beriman.” Orang-orang yang
menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah:
“Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu
datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang
berdosa.” Dan orang- orang yang dianggap lemah berkata kepada
orang-orang yang menyombongkan diri: “(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu)
di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru
kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu
bagi-Nya.” Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka
melihat adzab, dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang kafir.
Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Mereka
inilah korban-korban fanatik buta dan taqlid serta mengekor hawa
nafsu. Allah berfirman dalam ayat lain surat Ghafir ayat 47-48:
وَإِذْ
يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ
عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا
كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ ﴿غافر: ٤٧-٤۸﴾
“Dan
ingatlah ketika mereka berbantah-bantahan dalam neraka, maka
orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan
diri, sesungguhnya kami adalah pengikut- pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan dari kami sebagian adzab api neraka, berkatalah
orang-orang yang menyombongkan diri “Sesungguhnya kita semua sama-sama
dalam neraka” karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan
antara hamba-hamba-Nya.”
Dan dalam surat Al-Baqarah ayat 165-167:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ
كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ
يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ
لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ. إِذْ تَبَرَّأَ
الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ
وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ. وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ
أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا
كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا
هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿البقرة: ١٦٥-١٦٧﴾
“Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan
jika seandainya orang-orang yang berbuat dhalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari
orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika)
segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah
orang- orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia),
pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas
diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal
perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak
akan keluar dari api neraka.”
Juga firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Ahzab 64-68:
إِنَّ
اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا. خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا لاَ يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيرًا. يَوْمَ تُقَلَّبُ
وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ
وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ. وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ. رَبَّنَا ءَاتِهِمْ
ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿الأحزاب:
٦٤-٦۸﴾
“Sesungguhnya
Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang
menyala-nyala (neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya;
mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang
penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka,
mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan
taat (pula) kepada Rasul.” Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka adzab dua kali lipat dan
kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.”
Inilah
dia, akhir dari perjalanan orang-orang kafir yang sesat yang telah
dibawa oleh fanatisme golongan untuk mendustakan para Rasul dan membawa
kepada penentangan serta peperangan, bahkan kepada seluruh
kesulitan-kesulitan yang mereka arahkan terhadap para Rasul. Maka akhir
dari perjalanan mereka di hari kiamat adalah saling melaknat sesama
mereka dan masing- masing kelompok baik dari kalangan pengikut maupun
yang diikuti, berharap agar Allah melipat gandakan adzab bagi kelompok
shahabatnya, kekasihnya dan yang (dahulu) dicintainya. Padahal mereka
di dunia saling mendukung dan saling membela dosa sesama kelompoknya
dalam melawan kebenara. Inilah akhir mereka yang amat memilukan.
Sungguh sangat disayangkan.
Ketahuilah
bagi setiap orang yang fanatik terhadap kelompok atau pribadi, sama
saja apakah masih mengaku Islam atau pun tidak, akan mendapatkan bagian
dari adzab ini dan bagian dari celaan ini. Mereka akan saling
membantah dan menuduh kemudian masing-masingnya berharap, kalau saja ia
mengikuti jalan Rasul. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ
يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ
الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَنًا
خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ
الشَّيْطَانُ لِلإِنْسَانِ خَذُولاً ﴿الفرقان: ٢٧-٢۹﴾
“[27]
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dhalim menggigit dua
tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama-sama Rasul. [28] Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu)
tidak menjadi si fulan itu teman akrab(ku). [29] Sesungguhnya dia
telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an sesudah Al-Qur`an itu telah datang
kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia.”
(Al-Furqan: 27-29).
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَبَرَزُوا
لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا
كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ
اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ
سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
﴿إبراهيم: ٢١﴾
“Dan
mereka semuanya (di padang mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat
Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang
sombong: “Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka
dapatkah kamu menghindarkan daripada kami adzab Allah (walaupun)
sedikit saja?” Mereka menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk
kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja
bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar, sekali-kali kita
tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (Ibrahim: 21)
Mereka
tidak akan mencukupi pengikutnya sedikit pun, tidak sesaat, apalagi
kurang dari itu. Bahkan tidak pula memberikan sedikit keringanan dari
adzab Allah. Apakah Fir’aun dapat memberikan sesuatu pada pengikutnya?!
Apakah Abu Jahl dapat membela pengikutnya?! Apakah Namrud dapat
mencukupi pengikutnya?! Apakah tokoh-tokoh sesat penganjur kesesatan,
apakah dapat mereka membela pengikutnya sedikit saja?! Tidak!!!
Inilah pertikaian yang Allah kisahkan antara para pengikut dengan ikutannya.
Pertikaian antara yang menyembah dan yang disembah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَقَالَ
الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ
الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ
مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ
تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا
أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ
قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿إبراهيم: ٢٢﴾
“Dan
berkatalah syaithan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
“Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali
tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru
kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali
tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali- kali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dulu.” Sesungguhnya
orang-orang yang dhalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (Ibrahim:
22).
Inilah
akhir dari hubungan antara setan dan manusia. Setan yang telah
menyesatkan mereka dari awal sampai akhirnya. Kecuali orang-orang yang
Allah selamatkan dari jaring-jaringnya, yaitu hamba-hamba-Nya yang
ikhlas.
Dikatakan,
bahwa di saat itu setan berdiri, berkhutbah di hadapan mereka dengan
ucapan ini. Dia berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri
darinya. Maka mereka meminta tolong, tapi setan-setan itu tidak dapat
membelanya. Dan ia pun tidak mendapati seorang penolong pun dari
mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلاَئِكَةِ أَهَؤُلاَءِ
إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا
مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ
مُؤْمِنُونَ. فَالْيَوْمَ لاَ يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَفْعًا وَلاَ
ضَرًّا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي
كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ ﴿سباء: ٤۰-٤٢﴾
“Dan
(ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu
menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha suci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” Maka padi hari ini
sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak
pula kemudlaratan kepada sebagian yang lain. Dan Kami katakan kepada
orang-orang yang dhalim: “Rasakanlah olehmu adzab neraka yang dahulunya
kamu dustakan itu.” (Saba`: 40-42)
Para
malaikat yang diibadahi selain Allah pun berlepas diri (akan tetapi
mereka terjaga, tidak akan berbuat demikian, yakni tidak rela
diibadahi), hanya saja setanlah yang telah menyesatkan manusia, ia
menghiasi pandangan manusia tentang baiknya beribadah kepada para
malaikat tersebut, dengan mengatakan kepada manusia: “Sesungguhnya para
malaikat itu adalah anak- anak perempuan Allah (Maha Suci Allah dari
yang mereka sifatkan, pent), dan mereka juga berhak untuk diibadahi.”
Akhirnya mereka mendirikan buat para malaikat itu monumen-monumen dan
simbol-simbol lalu mengibadahinya, apakah peribadatan seperti ini
merupakan peribadatan kepada malaikat? Tidak, sama sekali tidak!! Maka
laknat Allah-lah bagi mereka yang berbuat dusta dan kedhaliman.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ
يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ
تَزْعُمُونَ. قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا
هَؤُلاَءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا
تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ. وَقِيلَ
ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ
وَرَأَوُا الْعَذَابَ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ
“Dan
(ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka seraya berkata: “Di
manakah sekutu- sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan?” Berkatalah
orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka: “Ya Tuhan kami,
mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah
menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat. Kami menyatakan
berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak
menyembah kami.” Dikatakan (kepada mereka): “Serulah olehmu
sekutu-sekutu kamu”, lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu
tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat adzab. (Mereka
itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk.”
(Al-Qashash: 62-64)
Yakni,
mereka berangan-angan seandainya dahulu mereka berjalan di atas
petunjuk; ini tentu saja merupakan akhir yang sangat menyakitkan,
bencana dan malapetaka yang sangat besar bagi fanatisme dan taklid
buta, semua itu sekaligus merupakan peringatan bagi ummat Islam agar
menyelamatkan dirinya dari kejahatan yang merata dimana-mana dan
musibah yang membinasakan.
Allah
Tabaraka wa Ta’ala memaparkan kepada kita kisah-kisah tersebut agar
kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah itu; seperti kisah
para Nabi dengan ummat mereka, dan keterangan tentang pertentangan
antara mereka. Semua itu diceritakan kepada kita agar kita mengambil
pelajaran dari kisah tersebut sekaligus nasehat dan peringatan agar
jangan sampai kita terjatuh ke dalam jurang berbahaya yang ummat-ummat
sebelum kita terjatuh ke dalamnya lalu binasa. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Allah Ta’ala:
وَكُلاًّ
نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
﴿هود: ١٢۰﴾
“Dan
semua kisah dari Rasul-Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (Hud: 120).
Adakah ummat ini mengambil faedah dari adzab yang menimpa umat yang dhalim dahulu?
Akan
tetapi, sangat disayangkan bahwa sesungguhnya kebanyakan ummat ini
justru terjatuh ke dalam penyakit fanatisme dan taklid buta baik dalam
akidah, ibadah, politik, akhlak maupun adat istiadat. Seolah-olah
Al-Qur`an itu tidak mencukupi mereka dalam perkara yang dekat maupun
yang jauh. Bahkan mereka anggap seolah-olah Al-Qur`an itu tidak pernah
mengajak mereka berdialog, tidak membuka penglihatan mereka, bahkan
tidak pula memperingatkan mereka ketika menyebutkan kejelekan-kejelekan
umat-umat sebelumnya, baik akidah maupun akhlak mereka. Dan apabila
telah jelas bagaimana hal-hal tersebut menjadi sebab kehancuran ummat
tersebut dan kebinasaan mereka di dunia, serta sebab kesengsaraan abadi
bagi mereka juga adzab yang dahsyat yang kekal di akhirat. Maka kamu
lihat mereka melakukan segala kejelekan tanpa perduli, takut, apalagi
malu terhadap siapapun.
Betapa
banyak peringatan yang datang kepada mereka, dan betapa banyak musibah
yang menimpa mereka. Namun mereka tidak mengambil pelajaran, bimbingan
dan nasehat yang dapat mendorong mereka untuk kembali kepada Allah,
lalu berpegang kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam; menjauhi perbuatan-perbuatan dan akidah yang rusak
tersebut, serta menjauhi sikap fanatisme yang mencabik-cabik mereka
dengan sejelek-jeleknya dan menyebabkan orang-orang kafir berkuasa atas
mereka dalam bidang apapun. Dan sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memberitakan kepada kita hal-hal yang akan membinasakan
sebagian besar umat ini, yakni bahwa umat ini akan mengikuti
sunnah-sunnah (jalan hidup dan prinsip) ummat-ummat sebelumnya seperti
bulu anak panah dimana lembar yang satu mengikuti yang lainnya. Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Umat ini mengikuti sunnah umat sebelumnya
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
٧۳١۹﴾لاَ
يَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي مَأْخَذَ الْقُرُونِ
قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ﴿البخاري:
“Tidaklah
akan terjadi hari kiamat sampai umatku mengambil apa-apa yang diambil
oleh orang- orang sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta.” (HSR. Bukhari 7319).
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radliyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَتَتَّبِعَنَّ
سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟
“Sungguh
kalian akan benar-benar mengikuti sunnah-sunnah orang-orang sebelum
kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga
seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian pun
benar-benar akan memasukinya pula. Para shahabat berkata: “Wahai
Rasulullah, (apakah mereka itu) orang Yahudi dan Nashara?” Rasulullah
bersabda lagi: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HSR. Bukhari 7220,
dan Muslim 2669).
Dari
Abu Waqid Al-Laitsi radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Kami keluar bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju Hunain, sedangkan kami
waktu itu baru saja lepas dari kekafiran (baru masuk Islam, pent). Dan
waktu itu, orang-orang musyrikin mempunyai sebuah pohon sidr (bidara,
red) yang mereka selalu i’tikaf (beribadah) dan menggantungkan senjata-
senjata mereka di pohon tersebut. Pohon tersebut dinamakan Dzatu
Anwath. Kami pun melintas di dekat pohon itu dan berkata: “Wahai
Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana halnya kaum
musyrikin juga mempunyai Dzatu Anwath.” Maka beliau bersabda:
اللهُ
أَكْبَرُ. إِنَّهَا السُّنَنُ. قُلْتُمْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيْلَ لِمُوسَى: ﴿اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا
كَمَا لَهُم آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُم قَوْمٌ تَجْهَلُونَ﴾ لَتَرْكَبُنَّ
سُنَنَ مَنْ قَبْلَكُم.
“Allahu
Akbar (Allah Maha Besar). Sungguh ini adalah sunnah-sunnah, yang
kalian ucapkan ini. Demi Zat yang jiwaku di Tangan-Nya, sebagaimana
yang diucapkan oleh Bani Israil kepada Musa: Buatkanlah untuk kami
sesembahan sebagaimana mereka juga mempunyai sesembahan, (lalu Nabi
Musa) berkata: “Sesungguhnya kalian orang-orang yang bodoh.” Sungguh,
kalian benar-benar akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian.”
(HSR. Ahmad, At-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya, dan lain-lain,
lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi 2285).
Dari Anas dan lain-lainnya radliyallahu ‘anhum, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَ
0 comments