Teknik Memotret pada Malam Hari





Lihatlah foto di sebelah, terlihat familiar bukan? Apakah foto liburan terakhir anda tampak seperti ini?
Ya inilah tipikal hasil foto yang umum kita dapatkan pada malam hari pada setelan automatik dengan menggunakan flash: subyek yang terang benderang dengan latar belakang yang gelap. Mari kita pelajari teknik yang lebih baik agar foto seperti ini tidak terjadi lagi.


Untuk mendapatkan foto sebaik siang hari dengan kondisi cahaya yang terbatas nyaris tidak mungkin. Anda harus memprioritaskan beberapa hal dan mungkin kehilangan beberapa hal lainnya. Anda harus melakukan banyak kompromi. Yang kita usahakan adalah memaksimalkan hasil pemotretan dalam situasi yang kurang menguntungkan ini.


Ide Dasar
Saya bisa mengerti jika saat ini anda sudah bersama kamera kesayangan anda dan ingin segera praktek. Tapi sebelumnya anda harus pahami hal-hal berikut ini dahulu. Dalam fotografi dengan flash anda bertanggung jawab atas dua wilayah eksposur. Sudah anda ingat? Dua wilayah eksposur. Bawa kopi dan kacang ke depan komputer anda karena ini akan menjadi pembahasan yang panjang. Kita bahas satu persatu:

Eksposur pertama adalah eksposur latar depan, yaitu wilayah yang terjangkau oleh sinar flash anda. Jarak efektifnya kira-kira hingga 2 sampai 3 meter tergantung flash pada kamera anda. Terang gelapnya wilayah ini bergantung pada kekuatan flash anda. Anda sebaiknya membuka diafragma cukup besar agar flash anda tidak bekerja terlalu keras. Anda boleh saja ingin diafragma yang cukup kecil agar mendapatkan ruang tajam yang lebih lebar tapi harap diingat bahwa itu artinya anda mengurangi jarak jangkauan efektif flash. Setiap flash punya batas kekuatan maksimal dan tidak bisa lebih terang lagi. Jika anda mendapati latar depan foto anda tidak bisa lebih terang dari sebelumnya kemungkinan flash anda sudah ‘mentok’, anda sebaiknya mengalah dan membuka diafragma menjadi lebih besar. Jika diafragma pun sudah mentok tidak bisa lebih besar lagi maka anda mau tidak mau harus menaikkan ISO. Ini adalah sebuah kompromi, anda kehilangan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lainnya.

Eksposur kedua adalah eksposur latar belakang, yaitu wilayah yang tidak lagi terjangkau oleh sinar flash anda. Wilayah ini mungkin diterangi oleh cahaya lampu-lampu ruangan, cahaya lilin atau bahkan cahaya bulan yang masing-masing berbeda intensitasnya. Bila latar belakang tidak diterangi sumber cahaya apapun maka anda bisa langsung memotret. Jika latar belakang memiliki sumber cahaya maka kita bisa mengatur terang gelapnya. Besarnya intensitas cahaya yang menerangi latar belakang akan mempengaruhi hasil akhir foto kita. Terang gelapnya wilayah ini bisa dikendalikan dengan memperlambat shutter speed kamera kita. Semakin lambat shutter speed maka semakin terang latar belakangnya (ini yang kita mau) tetapi juga artinya semakin rentan terhadap gerakan baik gerakan subyek maupun guncangan tangan kita sendiri. Sekecil apapun guncangan bisa menyebabkan foto menjadi blur (ini yang tidak kita kehendaki). Yup, anda harus berkompromi dalam hal ini. Anda tidak bisa menang di keduanya. Yang anda harus cari adalah latar belakang yang cukup terang dan foto yang tidak blur. Mungkin anda perlu memperbaiki posisi kaki dan cara memegang kamera agar anda lebih kaku, tahan nafas jika perlu.
Sekarang kita melangkah ke praktek. Sengaja saya pisahkan antara kamera poket (kamera saku) dengan DSLR dengan flash built-in dan DSLR dengan flash eksternal. Semuanya menggunakan teknik yang serupa hanya berbeda di beberapa tahap. Saya haruskan anda membaca semuanya.

Kamera Poket
Berhubung flash kamera poket hanya bisa menghadap ke depan maka kita terpaksa melakukan direct flash, yaitu menyinari obyek secara langsung dengan sinar flash.
Bila kamera saku anda ada memiliki mode “night scene”  maka anda dapat langsung mengaktifkannya untuk memotret malam hari. Dan bila kamera anda ternyata juga memiliki mode M (manual) anda bisa lebih leluasa menciptakan efek yang sama, bahkan lebih baik. Caranya:
  1. aktifkan mode M (manual) pada kamera
  2. nyalakan flash, biarkan di mode automatik
  3. buka diafragma (aperture) hingga maksimum (pilih angka terkecil) agar lebih banyak cahaya yang masuk ke lensa
  4. setel ISO ke 200
  5. set white balance ke flash atau sunlight
  6. lambatkan shutter speed hingga 1/30 sambil perhatikan layar LCD, bila terlalu terang maka percepat shutter speed (misal ke 1/40 atau lebih cepat) hingga terlihat cukup terang, bila terlalu gelap maka pelankan shutter speed (misal ke 1/25 atau lebih pelan lagi), bila sudah terlalu pelan (misal 1/15) maka sebaiknya anda kembalikan shutter speed ke 1/30 dan naikkan setelan ISO satu tingkat, ulangi langkah ini sampai mendapatkan cahaya yang seimbang dan shutter speed yang cukup cepat
  7. ambillah foto, jika mungkin minta kepada subyek foto anda untuk tidak bergerak hingga kira-kira satu detik hingga pengambilan foto selesai (flash biasanya nyala beberapa kali setiap pengambilan foto, pastikan subyek foto tidak buru-buru bergerak setelah flash pertama menyala)
Walaupun masih melakukan direct flash yang cenderung keras, cara di atas memiliki kelebihan dibandingkan mode night scene yang disediakan kamera. Kelebihannya adalah anda memiliki kendali atas gelap terangnya latar belakang dari foto anda dengan cara memperlambat/mempercepat shutter speed. Mode night scene yang tersedia di kamera menggunakan trik yang sama tetapi sudah mematok eksposur latar belakang di tingkat tertentu dan tidak dapat diubah.
Teknik memperlambat shutter speed ini dikenal dengan istilah slow-shutter atau bukaan lambat. Bila disertai dengan flash  sering disebut dragging the flash atau “menyeret flash”. Tetapi apapun istilahnya anda sekarang sudah paham cara kerjanya. Semakin lambat shutter speed maka semakin terang latar belakang foto anda.
Kamera DSLR dengan Flash Built-In
Memotret malam hari dengan kamera DSLR dengan flash built-in juga menggunakan teknik slow shutter, yaitu cara yang sama dengan kamera poket kecuali di langkah nomor (6). Sebagai pengganti langkah ke (6) yaitu melihat ke layar LCD, adalah anda harus melakukan penyesuaian eksposur dengan melihat ke metering kamera (aktifkan metering mode matriks). Pastikan flash berada  di mode full automatik (TTL).
Setel shutter speed ke 1/30 dan perhatikan jarum metering anda, pastikan menunjuk angka lebih kecil dari nol dan di sekitar angka minus satu hingga minus dua. Bila ternyata jarum menunjukkan angka yang lebih kecil dari itu maka pelankan shutter speed. Bila shutter speed sudah kelewat lambat (misal 1/15 detik) maka kembalikan shutter speed ke 1/30 dan naikkan ISO. Ulangi langkah ini hingga jarum metering berada di antara minus satu dan minus dua. Ambil sampel foto sebagai contoh. Ulangi langkah di atas (jika perlu) hingga anda mendapatkan perimbangan latar depan dan latar belakang yang sesuai dengan selera. Saya pribadi menyukai eksposur latar belakang pada posisi minus satu selama kondisi memungkinkan.

Kamera DSLR dengan Flash Eksternal
Dengan flash eksternal maka anda memiliki kesempatan terbaik. Teknik yang digunakan sama dengan teknik memotret pada kamera DSLR dengan flash built-in, bedanya anda mengubah arah moncong flash eksternal anda ke langit-langit di atas kepala anda. Teknik ini dikenal dengan nama teknik bouncing flash (flash yang dipantulkan). Dengan memantulkan cahaya flash ke langit-langit akan mengubah sifat cahaya flash yang tadinya berpenampang kecil menjadi berpenampang besar. Dan penampang sumber cahaya yang besar menghasilkan cahaya yang lebih lembut merata, itu kuncinya. Hanya saja pastikan bahwa langit-langit anda berwarna putih agar cahaya pantulannya tetap netral.
Jika ruangan tempat anda memotret ternyata memiliki langit-langit yang warnanya tidak netral (merah, coklat dll), langit-langitnya kelewat tinggi atau anda berada di luar ruangan maka anda tidak dapat melakukan teknik bouncing flash. Yang terbaik untuk anda lakukan adalah mengembalikan moncong flash ke arah depan dan kembali ke teknik direct flash dengan slow shutter.

Mengoreksi Warna
Menggunakan teknik di atas kemungkinan masih menyisakan satu masalah yaitu belangnya warna di latar depan dibandingkan dengan latar belakang. Hal ini disebabkan perbedaan suhu warna antara flash dan lampu ruangan. Bila lampu ruangan adalah dari jenis lampu pijar maka latar belakang foto akan berwarna kekuningan sementara bila lampu ruangan dari jenis lampu neon maka latar belakang foto akan berwarna kehijauan.
Yang perlu kita lakukan adalah menyamakan warna cahaya latar depan dengan warna cahaya latar belakang dan biarkan white balance yang melakukan koreksi untuk menormalkan keduanya sekaligus untuk kita. Terdengar hebat kan?

Gel dan cara pemasangannya
Untuk itu kita butuh bantuan benda yang namanya gel. Bukan, bukan gel yang dimakan anak-anak atau yang dipakai di rambut. Gel yang dimaksud adalah semacam plastik bening berwarna yang bisa anda beli di toko peralatan fotografi. Ada banyak warna tersedia tetapi yang kita butuhkan hanya yang berwarna oranye dan berwarna hijau. Gel oranye kita gunakan pada ruangan dengan pencahayaan lampu pijar dan gel hijau untuk ruangan dengan lampu neon.
Prakteknya sangat mudah. Pasang gel yang sesuai dengan jenis lampu yang ada dalam ruangan pada moncong flash anda. Anda dapat mengetahui jenis lampu tersebut dengan mudah, dengan melihat foto yang diambil dengan teknik slow shutter. Jika latar belakang menunjukkan warna oranye berarti ruangan menggunakan lampu pijar dan anda tinggal memasang gel warna oranye, sedangkan bila kehijauan maka ruangan menggunakan lampu neon dan anda silakan pasang gel hijau. Selanjutnya anda harus mengubah white balance ke jenis lampu yang sesuai dan selesailah proses pemasangan, anda hanya tinggal memotret.

Memotret malam hari dengan flash selalu menantang. Setiap tempat, setiap lokasi, setiap ruangan punya karakteristik masing-masing yang menuntut kita untuk segera beradaptasi. Sering-seringlah berlatih agar terbentuk refleks.

Selamat memotret.

Tags:

About

Thank you for your visit in my blog, you can access subtitle in this blog. If you need subtitle you can request in my contact or comment in one of article. Author : Alan Hendrawan

11 comments

  1. sebuah info memotret yang menarik, trims infonya

  2. keren sob..bermanfaat buat kameraman nih..haha..jangan lupa komen balik di blogku ya sob

  3. Hai...visiting here...

  4. Nice ibfo.. pekerjaan memotret ternyata membutuhkaN ketekunan dan ketelitian juga kesabaran... :) Peace & success4you

  5. mantap...nambah pengetahuan saya nih yg msih newbie dalm dunia photography...

  6. nice.. thx y ^_^

  7. Makasih atas dukungannya hhehe

Leave a Reply

Thank you for your comment in my blog